Kontrol kualitas dapat
diartikan sebagai program berkala untuk menguji kinerja pesawat CT Scan dan
membandingkan dengan standar yang ada. Kontrol kualitas merupakan bagian
dari program jaminan mutu yang berhubungan dengan teknik yang digunakan dalam
monitoring dan pemeliharaan dari unsur-unsur teknis dari
sistem. Menguji kinerja sistem adalah hal penting untuk memelihara
mutu gambaran yang optimal dan memperkecil produksi artefak-artefak gambaran.
Kontrol kualitas mempengaruhi mutu gambaran. Oleh karena itu kontrol
kualitas adalah bagian dari program jaminan mutu yang berhubungan
dengan instrumentasi dan peralatan.
Tujuan dari program
pengendalian mutu adalah untuk memastikan bahwa peralatan imaging menghasilkan
mutu gambaran terbaik dengan dosis penyinaran yang diterima pasien seminimal
mungkin. Mutu gambaran pada CT Scan sulit untuk dipelihara oleh karena sifat
yang kompleks dari gambaran dan tampilan. Suatu sistem CT Scan sekarang ini
terdiri atas komputer elektronik yang menghasilkan dan memproses data dalam
jumlah yang sangat besar. Sistem program jaminan mutu penting untuk
memastikan kinerja sistem optimal dan mutu gambaran dengan jumlah dosis
radiasi yang mengenai pasien seminimal mungkin (Papp, 2002).
Jaminan mutu dirancang untuk menyediakan
parameter-parameter kinerja tertentu untuk menentukan apakah spesifikasi suatu
unit yang diinstal menyimpang dari spesifikasi awal dari pabrik setelah
pemakaian. Suatu program jaminan mutu CT Scan diselenggarakan oleh tenaga yang
berkualitas dari Fisikawan Medis dan Radiografer (Papp, 2002).
1. Pengujian Kontrol
Kualitas CT Scan
a. Pengujian
Penerimaan (Acceptance Testing)
Pengujian ini dilakukan setelah pemasangan alat CT
Scan, dan mempunyai tujuan untuk memastikan bahwa peralatan yang dipasang sudah
sesuai dengan spesifikasi pabrikan sebelum alat itu dipakai untuk pemeriksaan
pasien.
Pengujian penerimaan ini terdiri dari pengukuran
dosis radiasi dan kinerja elektro mekanik, kualitas gambar dan mengevaluasi
sistem komponen. Hasilnya akan digunakan untuk mengidentifikasi sistem komponen
yang memerlukan sedikit penyesuaian sedangkan bagian yang cacat harus diganti.
Pada akhir pengujian penerimaan, scan diambil pada obyek standar sehingga
diperoleh CT number dan simpangan baku yang direkam sebagai patokan
untuk pengukuran kinerja sistem yang akan datang.
b. Pengujian
Rutin.
Pengujian ini dilakukan setelah pemakaian selama periode
tertentu. Untuk lebih konsisten di dalam pengukuran cara
kerja dari alat CT Scan yang bersifat mapan, maka
penjual alat CT Scan harus menyediakan alat phantom untuk melaksanakan uji
kontrol kualitas dengan beberapa parameter, variasi-variasi yang dapat
diijinkan untuk parameter yang ditentukan, suatu metode untuk
menyimpan dan merekam data jaminan mutu , dan informasi dosis dalam wujud suatu
indeks dosis CT.
c. Tes
Koreksi Kesalahan ( Error Correction Test)
Pengujian ini dilakukan untuk mengevaluasi
peralatan yang mengalami mal fungsi atau alat tidak bekerja sesuai dengan
spesifikasinya (Papp, 2002).
2. Parameter
Fisik Pengukuran Kontrol Kualitas CT Scan
Parameter
fisik pengukuran kontrol kualitas alat CT Scan terdiri dari :
a. Equipment
Function Check and Warm Up.
Merupakan
kegiatan untuk mengetahui kinerja dan kemampuan alat dalam hal fungsi komponen,
keluaran dan keselamatan.
Aspek
yang harus dipenuhi dalam operasional alat CT scan, meliputi:
1) Alat
dalam keadaan siap pakai, berfungsi dengan baik dan aman digunakan.
2) Aksesori
alat lengkap dan baik.
3) Ruang
pengoperasian memenuhi syarat.
4) Prasarana
listrik, air harus memadai.
5) Sumber
daya manusia siap.
6) Bahan
operasional tersedia.
7) Prosedur
tetap pelayanan tersedia dan dipahami.
8) Prosedur
tetap pengoperasian tersedia dan dipahami.
Pemeriksaan
fisik secara visual, meliputi :
1) Catu
daya.
2) Body (badan)
alat dan permukaan alat.
3) Aksesori
peralatan.
4) Lampu-lampu
indikator.
5) Perencanaan
ruang pemeriksaan.
6) Pengkondisian
udara.
b. Uji Phantom
Uji phantom (phantom merupakan standarisasi bentuk
manusia atau uji obyek sebagai bentuk yang khusus, ukuran dan strukturnya)
digunakan untuk kalibrasi alat dan mengevaluasi data kinerja/ performance alat
CT Scan.
Data kinerja/ Performance CT Scan dapat
dicek melalui penerimaan uji kualitas setelah pemasangan dan perbaikan hal yang
terpenting, dan menggunakan uji kontrol kualitas periodik semenjak dilakukan
standar operasional.
Uji phantom mencakup beberapa parameter
yang dapat diuji, seperti nilai rata-rata CT number, linearitas,
uniformity (keseragaman), noise, spasial resolusi (resolusi
ruang), slice thickness (ketebalan irisan), dosis radiasi
dan posisi meja.
1) Uji CT
Number in Water
Akurasi nilai CT number in water dapat
dibuktikan kebenarannya melalui pemanfaatan uji obyek scanning
(phantom) dengan parameter standar yang biasa dipakai. Nilai CT
number in water dipengaruhi oleh voltase tabung
sinar-X, filtrasi sinar-X dan ketebalan obyek.
Nilai CT number in water dapat
diartikan sama hingga 0 HU dan artinya CT number diukur
melebihi Central Region of Interest (ROI) yang seharusnya nilainya
berkisar antara ± 4 HU (Jaengsri, 2004).
Menurut American College of Radiology
Acceptance Criteria, Nilai rata-rata CT number untuk Polyethylene antara -107
HU dan -87 HU, untuk air antara -7 HU dan +7 HU, Nilai rata-rata CT number untuk
akrilik antara +110 HU dan +130 HU ( Papp,2002).
2) Uji
Linearitas
Linearitas membahas hubungan linier antara
perhitungan CT number dan koefisien attenuasi linier setiap
elemen dari obyek. Hal ini sangat penting untuk mengevaluasi kebenaran gambaran
CT Scan, secara khusus untuk kebenaran dari kualitas CT. Nilai Penyimpangan
dari linearitas tidak boleh melebihi rentang ±5 HU dari nilai yang
seharusnya, yaitu pada rentang spesifik jaringan atau tulang (Jaengsri, 2004).
3) Uji Uniformity (keseragaman)
Uniformity (keseragaman) berkaitan dengan
persyaratan untuk nilai masing-masing pixel pada homogenitas gambar obyek
menjadi sama dalam batas yang sempit dari berbagai obyek seperti diameter
silinder 16,5 cm. Perbedaan rata-rata CT number antara
tepi dan daerah pusat dari hegemonitas obyek harus kurang
dari atau sama dengan 8 HU. Apabila perbedaannya lebih besar dapat
disebabkan karena gejala fisik dari pancaran yang kuat/ beam hardening (Jaengsri,
2004).
Menurut Seeram (2001) frekuensi pengujian terhadap uniformity atau flatness
CT number dilakukan frekuensi tahunan.
Batas yang diterima : Apabila CT number berbeda
lebih dari 5 dari rata-rata, maka bayangan tidak datar. Apabila CT
number ditengah tinggi dan rendah dipinggir diatas data
gambaran akan berbentuk cupping.
Menurut American College of Radiology
Acceptance Criteria perbedaan antara rata-rata CT number tengah dan
di tepi kurang dari 5 HU untuk keempat posisi tepi. Nilai CT
number di tengah antara -7 HU dan +7 HU dengan ±5 HU
dipilih (Papp,2002).
4) Uji Noise
Noise adalah fluktuasi CT number diantara
titik (picture element) pada materi yang seragam, misalkan air. Noise dapat
dideskripsikan dengan standard deviasi (s) dari nilai-nilai pixel yang
terdapat dalam matriks dari sebuah gambaran CT Scan. Pengukuran noise dilakukan
dengan frekuensi harian (Seeram, 2001)
5) Uji
Spasial Resolusi (resolusi ruang)
Spasial resolusi (resolusi ruang) pada kontras yang
tinggi dan rendah bersifat saling tergantung dan mengupas kepada mutu gambaran
dan gambaran baik dari struktur-struktur diagnostik yang penting.
Resolusi ruang pada kontras yang tinggi
(resolusi kontras tinggi) menentukan ukuran minimal dari
detail yang ditunjukkan pada pesawat dari irisan dengan suatu kontras kurang
dari atau sama dengan 10%. Itu dipengaruhi oleh rekonstruksi algoritma, lebar
detektor, ketebalan irisan, obyek itu kepada jarak detektor, ukuran focal
spot tabung sinar-X focal, dan ukuran matrik. Resolusi ruang
pada kontras yang rendah (resolusi kontras rendah) menentukan ukuran dari
detail yang dapat dengan nyata direproduksi ketika hanya ada suatu
perbedaan yang kecil pada kepadatan sehubungan dengan melingkupi bidang.
Resolusi kontras rendah sangat dibatasi oleh noise. Ambang pintu
persepsi hubungan dengan kontras dan ukuran detil dapat ditentukan,
sebagai contoh, atas pertolongan suatu kurva contras-detail. Dalam
penentuan yang demikian, dipengaruhi oleh rekonstruksi algorithma
dan parameter scanning yang lain harus dikenal. Dosis dan gambaran noise yang
sesuai sangat mempengaruhi resolusi kontras rendah.
6) Uji Slice
thickness (ketebalan irisan)
Slice thickness (ketebalan irisan) menentukan pusat
dari daerah yang terlihat sebagai jarak antara dua titik pada profil kepekaan
sepanjang poros dari perputaran selama reaksi jatuh sampai 50%. Penyimpangan
tertentu pada ketebalan irisan tidak boleh melebihi batas karena berpengaruh
pada detail gambar, sebagai contoh, dengan nominal slice thickness lebih
dari atau sama dengan 8 m, deviasi maksimal + 10% dapat
diterima, deviasi yang dapat di toleransi untuk slice thickness yang
lebih kecil dari 2 mm sampai dengan -8 mm dan < 2 mm adalah + 25%
dan + 50% secara berturut-turut.
Penggunaan dari setelah kolimasi pasien yang melekat
pada beberapa peralatan CT untuk mengurangi profil sensitifitas irisan,
berperan penting pada peningkatan yang signifikan dosis pasien untuk
serangkaian irisan yang berdampingan.
c. Uji High Contrast Resolution
Frekuensi
: Bulanan.
Alat
: Phantom dengan high contrast resolution pattern (perbedaan
kontras 10% atau lebih besar).
Pengukuran
: Menentukan barisan lubang terkecil, dimana semua lubang dapat terlihat dengan
jelas. Semakin kecil lubang terlihat maka semakin baik.
Hasil
yang diharapkan : Kebanyakan CT Scan modern memiliki resolusi < 1 mm, teknik highest
resolution bernilai 0,25 mm.
Penyebab
kegagalan:
1) Perluasan
ukuran focal spot.
2) Getaran gantry yang
berlebihan.
3) Kegagalan
detektor.
d. Uji KVp Waveform
Frekuensi
: Tahunan.
Alat
: KVp meter dan storage osiloscope.
Hasil
yang diharapkan: Nilai KVp terukur seharusnya sama dengan yang diset. Bentuk
gelombang tidak berubah sehingga tidak mengubah nilai KV selama durasi
scanning.
Batas yang
dapat diterima : Selisih KV (tegangan tabung) terukur
maksimal 2 KV.
Penyebab
kegagalan : Miskalibrasi generator sinar-X.
e. Uji Radiation
Scatter and Leakage
Frekuensi :
Tahunan.
Alat:
Phantom water head size, survey meter ( Geiger Muller ) / ion chamber
Batas yang
dapat diterima: Tidak ada
Penyebab
kegagalan: Ada masalah dengan sistem kolimasi dan shielding tabung
sinar-X.
f. Uji Accuracy
of Distance Measuring Device
Frekuensi
:Tahunan
Alat
: Phantom yang berlubang berpola “ + “ dengan jarak lubang yang presisi.
Hasil
yang diharapkan : Jarak yang sama antara lubang phantom dengan jarak pada video
monitor.
Batas
yang diterima ≤ 1 mm. Apabila > 2 mm harus dikoreksi.
Penyebab
kegagalan : Miskalibrasi rekontruksi algorithma.
g. Test
Distortion of Video Monitor
Frekuensi
: Tahunan
Alat
: Phantom yang berlubang berpola “ + “ dengan jarak lubang yang presisi.
Hasil
yang diharapkan :
Jarak pada
lubang pada semua arah sama/ paralel antara lubang phantom dan gambaran lubang
pada video monitor.
Batas
yang diterima : ≤1% diameter phantom pada jarak antara lubang di posisi
manapun.
Penyebab
kegagalan : Tegangan pada monitor.
h. Uji Distortion
of Film Image or orther Hard Copy Output
Frekuensi
: Bulanan.
Alat
: Phantom yang berlubang berpola “ + “ dengan jarak lubang yang presisi.
Hasil
yang diharapkan : Jarak diantara spasi lubang yang sama di phantom tampak
berjarak sama pada film.
Batas
yang diterima : Beda maksimum diantara empat nilai terukur harus
lebih kecil dari 1% diameter phantom.
Penyebab
kegagalan : Misalignment / maladjustment optical kamera film.
i. Uji Bed
Indexing
Frekuensi
: Tahunan.
Alat
Uji : Film radiografi ukuran 24 X 30 cm.
Hasil
yang diharapkan : Jarak dari pertengahan baris yang berdekatan 10
mm.
Batas
yang diterima : Dari 10 scanning dengan 9 inter scan spasing
menghasilkan lebar bayangan 90 mm. Apabila > 10% maka
gerak meja tidak akurat.
Penyebab
kegagalan: Mekanisme pergerakan meja buruk/ miskalibrasi indikator posisi meja.
j. Uji Bed
Backlash
Akurasi
posisi meja pasien dapat dievaluasi dengan pergerakan meja yang
telah diberi beban. Kemudian dikembalikan ke posisi awal. Toleransi
penyimpangan maksimal ± 2 mm (Jaengsri, 2004; Seeram,
2001).
Frekuensi
: Tahunan.
Alat
: Penggaris, Pensil, 2 lembar isolasi.
Hasil
yang diharapkan :
Kedua
tanda pensil bertemu seperti pada saat meja belum digerakkan.
Batas
yang diterima :
Apabila jarak
tanda kedua pensil > 1 mm maka tidak akurat.
Penyebab
kegagalan : kerusakan mekanik pada geer, sensor meja.