Sunday, March 16, 2014

Kontrol kualitas ( QA ) CT - Scan

Kontrol kualitas dapat diartikan sebagai program berkala untuk menguji kinerja pesawat CT Scan dan membandingkan dengan standar yang ada. Kontrol kualitas merupakan  bagian dari program jaminan mutu yang berhubungan dengan teknik yang digunakan dalam monitoring dan pemeliharaan dari unsur-unsur  teknis dari sistem.  Menguji kinerja sistem adalah hal penting untuk memelihara mutu gambaran yang optimal dan memperkecil produksi artefak-artefak gambaran. Kontrol kualitas  mempengaruhi mutu gambaran. Oleh karena itu kontrol kualitas  adalah bagian dari program jaminan mutu yang berhubungan dengan instrumentasi dan peralatan.
Tujuan dari program pengendalian mutu adalah untuk memastikan bahwa peralatan imaging menghasilkan mutu gambaran terbaik dengan dosis penyinaran yang diterima pasien seminimal mungkin. Mutu gambaran pada CT Scan sulit untuk dipelihara oleh karena sifat yang kompleks dari gambaran dan tampilan. Suatu sistem CT Scan sekarang ini terdiri atas komputer elektronik yang menghasilkan dan memproses data dalam jumlah yang sangat besar. Sistem  program jaminan mutu penting untuk memastikan kinerja sistem optimal dan mutu gambaran dengan jumlah dosis radiasi  yang mengenai pasien seminimal mungkin (Papp, 2002).
Jaminan mutu dirancang untuk menyediakan parameter-parameter kinerja tertentu untuk menentukan apakah spesifikasi  suatu unit yang diinstal menyimpang dari spesifikasi awal dari pabrik setelah pemakaian. Suatu program jaminan mutu CT Scan diselenggarakan oleh tenaga  yang berkualitas dari Fisikawan  Medis dan Radiografer (Papp, 2002).

1.    Pengujian  Kontrol Kualitas CT Scan
a.    Pengujian Penerimaan (Acceptance Testing)
Pengujian ini dilakukan setelah pemasangan alat CT Scan, dan mempunyai tujuan untuk memastikan bahwa peralatan yang dipasang sudah sesuai dengan spesifikasi pabrikan sebelum alat itu dipakai untuk pemeriksaan pasien.
Pengujian penerimaan ini terdiri dari pengukuran dosis radiasi dan kinerja elektro mekanik, kualitas gambar dan mengevaluasi sistem komponen. Hasilnya akan digunakan untuk mengidentifikasi sistem komponen yang memerlukan sedikit penyesuaian sedangkan bagian yang cacat harus diganti. Pada akhir pengujian penerimaan, scan diambil pada obyek standar sehingga diperoleh CT number dan simpangan baku yang direkam sebagai patokan untuk pengukuran kinerja sistem yang akan datang.
b.    Pengujian Rutin.
Pengujian ini dilakukan setelah pemakaian selama periode tertentu. Untuk lebih  konsisten di dalam pengukuran cara kerja dari alat CT Scan yang   bersifat mapan,  maka penjual alat CT Scan harus menyediakan alat phantom untuk melaksanakan uji kontrol kualitas dengan beberapa parameter, variasi-variasi yang dapat diijinkan untuk parameter yang ditentukan,  suatu metode untuk menyimpan dan merekam data jaminan mutu , dan informasi dosis dalam wujud suatu indeks dosis CT.
c.    Tes Koreksi Kesalahan ( Error Correction Test)
Pengujian ini dilakukan untuk mengevaluasi peralatan yang mengalami mal fungsi atau alat tidak bekerja sesuai dengan spesifikasinya (Papp, 2002).

2.    Parameter Fisik Pengukuran Kontrol Kualitas CT Scan
       Parameter fisik pengukuran kontrol kualitas alat CT Scan terdiri dari :
a.    Equipment Function Check and Warm Up.
Merupakan kegiatan untuk mengetahui kinerja dan kemampuan alat dalam hal fungsi komponen, keluaran dan keselamatan.
Aspek yang harus dipenuhi dalam operasional alat  CT scan, meliputi:
1)    Alat dalam keadaan siap pakai, berfungsi dengan baik dan aman digunakan.
2)    Aksesori alat lengkap dan baik.
3)    Ruang pengoperasian memenuhi syarat.
4)    Prasarana listrik,  air harus memadai.
5)    Sumber daya manusia siap.
6)    Bahan operasional tersedia.
7)    Prosedur tetap pelayanan tersedia dan dipahami.
8)    Prosedur tetap pengoperasian tersedia dan dipahami.
Pemeriksaan fisik secara visual, meliputi :
1)    Catu daya.
2)    Body (badan) alat dan permukaan alat.
3)    Aksesori peralatan.
4)    Lampu-lampu indikator.
5)    Perencanaan ruang pemeriksaan.
6)    Pengkondisian udara.
b.    Uji Phantom
Uji phantom (phantom merupakan standarisasi bentuk manusia atau uji obyek sebagai bentuk yang khusus, ukuran dan strukturnya) digunakan  untuk kalibrasi alat dan mengevaluasi data kinerja/ performance alat CT Scan.
Data kinerja/ Performance CT Scan dapat dicek melalui penerimaan uji kualitas setelah pemasangan dan perbaikan hal yang terpenting, dan menggunakan uji kontrol kualitas periodik semenjak dilakukan standar operasional.
Uji  phantom mencakup beberapa parameter yang dapat diuji, seperti nilai rata-rata CT number, linearitas, uniformity (keseragaman), noise, spasial resolusi (resolusi ruang), slice thickness (ketebalan irisan),  dosis radiasi dan posisi meja.
1)    Uji CT Number in Water
Akurasi nilai CT number in water dapat dibuktikan kebenarannya melalui pemanfaatan  uji obyek scanning (phantom) dengan parameter standar yang biasa dipakai.  Nilai CT number in water dipengaruhi oleh   voltase tabung sinar-X, filtrasi sinar-X dan ketebalan obyek. 
Nilai CT number in water dapat diartikan sama hingga  0 HU dan artinya CT number diukur melebihi Central Region of Interest (ROI) yang seharusnya nilainya berkisar antara  ± 4 HU (Jaengsri, 2004). 
Menurut American College of Radiology Acceptance Criteria, Nilai rata-rata  CT number untuk  Polyethylene antara  -107 HU dan -87 HU, untuk air antara -7 HU dan +7 HU, Nilai rata-rata CT number untuk akrilik antara +110 HU dan +130 HU ( Papp,2002).
2)    Uji Linearitas
Linearitas membahas hubungan linier antara perhitungan CT number dan  koefisien attenuasi linier  setiap elemen dari obyek. Hal ini sangat penting untuk mengevaluasi kebenaran gambaran CT Scan, secara khusus untuk kebenaran dari  kualitas CT.  Nilai  Penyimpangan dari linearitas tidak boleh melebihi rentang ±5 HU dari nilai  yang seharusnya, yaitu pada rentang spesifik jaringan atau tulang (Jaengsri, 2004).
3)    Uji Uniformity (keseragaman)
Uniformity (keseragaman) berkaitan dengan persyaratan untuk nilai masing-masing pixel pada homogenitas gambar obyek menjadi sama dalam batas yang sempit dari berbagai obyek seperti diameter silinder 16,5 cm.  Perbedaan rata-rata CT number antara tepi dan daerah  pusat dari hegemonitas obyek harus  kurang dari atau sama dengan 8 HU.  Apabila perbedaannya lebih besar dapat disebabkan karena gejala fisik dari pancaran yang kuat/ beam hardening (Jaengsri, 2004).
Menurut Seeram (2001) frekuensi pengujian terhadap uniformity atau  flatness CT number dilakukan frekuensi tahunan.
Batas yang diterima : Apabila CT number berbeda lebih dari 5 dari rata-rata, maka bayangan tidak datar.  Apabila  CT number ditengah tinggi dan rendah dipinggir  diatas data gambaran akan berbentuk cupping.
Menurut American College of Radiology Acceptance Criteria perbedaan  antara rata-rata CT number tengah   dan di tepi kurang dari 5 HU untuk keempat posisi tepi. Nilai  CT number di tengah antara -7 HU dan +7 HU dengan  ±5 HU dipilih  (Papp,2002).      
4)    Uji Noise
Noise adalah fluktuasi CT number diantara titik (picture element) pada materi yang seragam, misalkan air. Noise dapat dideskripsikan dengan standard deviasi (s) dari nilai-nilai pixel  yang terdapat dalam matriks dari sebuah gambaran CT Scan. Pengukuran noise dilakukan dengan frekuensi harian (Seeram, 2001)
5)    Uji Spasial Resolusi (resolusi ruang)
Spasial resolusi (resolusi ruang) pada kontras yang tinggi dan rendah bersifat saling tergantung dan mengupas kepada mutu gambaran dan gambaran  baik dari struktur-struktur diagnostik yang penting.
Resolusi  ruang pada kontras yang tinggi (resolusi kontras tinggi) menentukan  ukuran  minimal dari detail yang ditunjukkan pada pesawat dari irisan dengan suatu kontras kurang dari atau sama dengan 10%. Itu dipengaruhi oleh rekonstruksi algoritma, lebar detektor, ketebalan irisan, obyek itu kepada jarak detektor,  ukuran focal spot  tabung sinar-X focal, dan ukuran matrik. Resolusi  ruang pada kontras yang rendah (resolusi kontras rendah) menentukan ukuran dari detail yang dapat dengan nyata direproduksi ketika  hanya ada suatu perbedaan yang kecil pada kepadatan sehubungan dengan melingkupi bidang. Resolusi kontras rendah sangat dibatasi oleh noise. Ambang pintu persepsi  hubungan dengan kontras dan ukuran detil dapat ditentukan, sebagai contoh, atas pertolongan suatu kurva contras-detail.   Dalam penentuan yang demikian, dipengaruhi oleh rekonstruksi  algorithma dan parameter scanning yang lain harus dikenal.  Dosis dan gambaran noise yang sesuai sangat mempengaruhi resolusi kontras rendah.
6)    Uji Slice thickness (ketebalan irisan)
Slice thickness (ketebalan irisan) menentukan pusat dari daerah yang terlihat sebagai jarak antara dua titik pada profil kepekaan sepanjang poros dari perputaran selama reaksi jatuh sampai 50%. Penyimpangan tertentu pada ketebalan irisan tidak boleh melebihi batas karena berpengaruh pada detail gambar, sebagai contoh, dengan nominal slice thickness lebih dari atau sama dengan 8 m, deviasi maksimal  + 10% dapat diterima, deviasi yang dapat di toleransi untuk slice thickness yang lebih kecil dari 2 mm sampai dengan -8 mm dan < 2 mm adalah + 25% dan +  50% secara berturut-turut.
Penggunaan dari setelah kolimasi pasien yang melekat pada beberapa peralatan CT untuk mengurangi profil sensitifitas irisan, berperan penting pada peningkatan yang signifikan dosis pasien untuk serangkaian irisan  yang berdampingan.
c.    Uji High Contrast Resolution
Frekuensi : Bulanan.
Alat : Phantom  dengan high contrast resolution pattern (perbedaan kontras 10% atau lebih besar).
Pengukuran : Menentukan barisan lubang terkecil, dimana semua lubang dapat terlihat dengan jelas.  Semakin kecil lubang terlihat maka semakin baik. 
Hasil yang diharapkan : Kebanyakan CT Scan modern memiliki resolusi < 1 mm, teknik highest resolution bernilai 0,25 mm.
Penyebab kegagalan:
1)    Perluasan ukuran focal spot.
2)    Getaran gantry yang berlebihan.
3)    Kegagalan detektor.
d.    Uji KVp Waveform
Frekuensi : Tahunan.
Alat :  KVp  meter dan storage osiloscope.
Hasil yang diharapkan: Nilai KVp terukur seharusnya sama dengan yang diset. Bentuk gelombang tidak berubah sehingga tidak mengubah nilai KV selama durasi scanning.
Batas  yang dapat  diterima :  Selisih KV (tegangan tabung)  terukur maksimal 2 KV.
Penyebab kegagalan :  Miskalibrasi generator sinar-X.
e.    Uji Radiation Scatter and Leakage
Frekuensi : Tahunan.
Alat: Phantom water head size, survey meter ( Geiger Muller ) / ion  chamber
Batas  yang dapat  diterima: Tidak ada
Penyebab kegagalan: Ada masalah dengan sistem kolimasi dan shielding tabung sinar-X.
f.     Uji Accuracy of Distance Measuring Device
Frekuensi :Tahunan
Alat : Phantom yang berlubang berpola “ + “ dengan jarak lubang yang presisi.
Hasil yang diharapkan : Jarak yang sama antara lubang phantom dengan jarak pada video monitor.
Batas yang diterima ≤ 1 mm.   Apabila > 2 mm harus dikoreksi.
Penyebab kegagalan :  Miskalibrasi rekontruksi algorithma.
g.    Test Distortion of Video Monitor
Frekuensi : Tahunan
Alat : Phantom yang berlubang berpola “ + “ dengan jarak lubang yang presisi.
Hasil yang diharapkan :
Jarak  pada lubang pada semua arah sama/ paralel antara lubang phantom dan gambaran lubang pada video monitor.
Batas yang diterima : ≤1% diameter phantom pada jarak antara lubang di posisi manapun.
Penyebab kegagalan : Tegangan pada monitor.
h.    Uji Distortion of Film Image or orther Hard Copy Output
Frekuensi : Bulanan.
Alat : Phantom yang berlubang berpola “ + “ dengan jarak lubang yang presisi.
Hasil yang diharapkan : Jarak diantara spasi lubang yang sama di phantom tampak berjarak sama pada film.
Batas yang diterima :  Beda maksimum diantara empat nilai terukur harus lebih kecil dari 1% diameter phantom.
Penyebab kegagalan : Misalignment / maladjustment optical kamera film.
i.      Uji Bed Indexing
Frekuensi : Tahunan.
Alat Uji : Film radiografi ukuran 24 X 30 cm.
Hasil yang diharapkan : Jarak dari pertengahan  baris yang berdekatan 10 mm.
Batas yang diterima : Dari 10 scanning  dengan 9 inter scan spasing menghasilkan lebar bayangan 90 mm.  Apabila  > 10% maka gerak meja tidak akurat.
Penyebab kegagalan: Mekanisme pergerakan meja buruk/ miskalibrasi indikator posisi meja.
j.      Uji Bed Backlash
Akurasi posisi meja pasien dapat  dievaluasi dengan pergerakan meja yang telah diberi beban.  Kemudian dikembalikan ke posisi awal. Toleransi penyimpangan maksimal  ± 2  mm (Jaengsri, 2004;  Seeram, 2001).
Frekuensi : Tahunan.
Alat : Penggaris, Pensil, 2 lembar isolasi.
Hasil yang diharapkan :
Kedua tanda pensil bertemu seperti pada saat meja belum digerakkan.
Batas yang diterima :
Apabila  jarak tanda kedua pensil > 1 mm maka tidak akurat. 
Penyebab kegagalan : kerusakan mekanik pada geer, sensor meja.

Parameter CT - Scan



Gambar pada CT Scan dapat terjadi sebagai hasil dari berkas sinar-X yang mengalami perlemahan setelah menembus obyek, ditangkap detektor dan dilakukan pengolahan dalam komputer.  Penampilan gambar yang baik tergantung kualitas gambar yang dihasilkan sehingga aspek klinis dari gambar tersebut dapat dimanfaatkan untuk menegakkan diagnosa.
Pada CT Scan dikenal beberapa parameter untuk pengontrolan eksposi dan output gambar yang optimal (Bushberg,2003). Adapun parameter tersebut adalah :
a.    Slice thickness
Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari obyek yang diperiksa. Nilainya dapat dipilih antara 1 mm – 10 mm sesuai dengan keperluan klinis. Slice thickness yang tebal akan menghasilkan gambaran dengan detail yang rendah sebaliknya dengan slice thickness yang tipis akan menghasilkan gambaran   dengan detail yang tinggi. Slice thickness yang tebal akan menimbulkan gambaran yang mengganggu seperti garis-garis dan apabila slice thickness  terlalu tipis akan menghasilkan noise yang tinggi.
b.    Scan Range
Scan range adalah perpaduan atau kombinasi dari beberapa slice  thickness, yang bermanfaat untuk mendapatkan ketebalan potongan yang berbeda pada satu lapangan pemeriksaan.

c.    Faktor Eksposi
Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap eksposi, meliputi tegangan tabung (KV), arus tabung (mA) dan waktu (s). Besarnya tegangan tabung dapat dipilih secara otomatis pada setiap pemeriksaan (Jaengsri, 2004).
Tegangan tabung (KV) yaitu beda potensial antara tabung katoda dan anoda.  Semakin tinggi awan elektron yang dihasilkan maka akan semakin kuat  menembus anoda sehingga daya tembus yang dihasilkan akan semakin besar.
Arus tabung (mA) yaitu kuat lemahnya arus yang dihasilkan   sinar-X, apabila arus tabung besar maka elektron yang dihasilkan akan semakin besar.
Waktu (s) yaitu lamanya waktu eksposi, sangat berpengaruh terhadap jumlah elektron. mAs berpengaruh terhadap jumlah elektron  dan  kuantitas sinar-X.
d.    Field of View (FOV)
Field of View (FOV) adalah diameter maksimal dari gambar yang akan direkonstruksi.  Besarnya bervariasi dan biasanya berada pada rentang 12 cm  sampai dengan 50 cm.  Field of View (FOV) kecil akan meningkatkan detail gambar (resolusi) karena field of view (FOV) yang kecil mampu mereduksi ukuran pixel, sehingga dalam rekonstruksi matriks hasilnya lebih teliti.
Field of View (FOV) kecil, antara 100 mm sampai dengan 200 mm akan meningkatkan resolusi sehingga detail gambar dan batas objek akan tampak jelas. Field of View (FOV) kecil akan menyebabkan noise meningkat (Nesseth, 2000).
Field of View (FOV) sedang, yaitu 200 mm diharapkan gambar yang dihasilkan memiliki spasial resolusi yang baik, noise serta artefak sedikit (Genant, 1982).
 Field of View (FOV) besar, antara 350 mm sampai dengan       400 mm akan menghasilkan spasial resolusi yang rendah karena pixel menjadi besar akibat dilakukannya magnifikasi.  Field of View (FOV) besar akan menyebabkan noise berkurang dan kontras resolusi meningkat serta dapat dihindari munculnya streak  artifact   (Genant, 1982).
e.    Gantry Tilt
Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal dengan gantry (tabung sinar-X dengan detektor). Rentang gantry tilt antara -300 sampai +300. Gantry tilt bertujuan untuk keperluan diagnosa dari masing-masing kasus yang dihadapi.
f.     Pitch
Pitch adalah jangka waktu yang berhubungan dengan suatu kecepatan dan jarak. Pada CT Scan helical, pitch didefinisikan sebagai jarak (mm) pergerakan meja CT Scan selama satu putaran tabung sinar-X.  Pitch digunakan untuk menghitung pitch ratio, yang mana merupakan suatu rasio pada pitch untuk slice thickness/beam collimation.
Saat jarak pergerakan meja selama satu putaran penuh, tabung sinar-X sama dengan slice thickness/ beam collimation, pitch ratio (pitch) yaitu 1:1 atau sederhananya 1. Suatu pitch dengan nilai 1 menghasilkan kualitas gambar terbaik dalam CT Scan helical.  Pitch ditingkatkan untuk meningkatkan volume coverage dan kecepatan proses scanning. Nilai pitch berada dalam range 0 sampai dengan 10, sedangkan pitch faktor antara 1 dan 2.
g.    Rekonstruksi Matriks
Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom dari picture element (pixel) dalam proses perekonstruksian gambar. Rekonstruksi matriks ini merupakan salah satu struktur elemen dalam memori komputer yang berfungsi untuk merekonstruksi gambar.  Pada umumnya matriks yang digunakan berukuran 512x512 yaitu 512 baris dan 512 kolom.  Pada pemeriksaan CT Scan ukuran matriks disesuaikan dengan alat yang tersedia. Rekonstruksi matriks berpengaruh terhadap resolusi gambar.  Semakin tinggi matriks yang dipakai maka semakin tinggi detail gambar yang dihasilkan. (Bushberg, 2003)
h.    Rekonstruksi Algorithma
Rekonstruksi algorithma adalah prosedur matematis yang digunakan dalam merekonstruksi gambar. Penampakan dan karakteristik dari gambar CT Scan tergantung dari kuatnya algorithma yang dipilih. Semakin tinggi rekonstruksi algorithma yang dipilih maka semakin tinggi resolusi gambar yang dihasilkan. Dengan adanya metode ini maka gambaran seperti tulang, soft tissue, dan jaringan-jaringan lain dapat dibedakan dengan jelas pada layar monitor.
i.      Window Width
Window Width adalah nilai computed tomography yang dikonversi menjadi gray scale untuk ditampilkan ke TV monitor. Setelah komputer menyelesaikan pengolahan gambar melalui rekonstruksi matriks dan algorithma maka hasilnya akan dikonversi menjadi skala numerik yang dikenal dengan nama nilai computed tomography.  Nilai ini mempunyai satuan HU (Hounsfield Unit).
Dasar pemberian nilai ini adalah air dengan nilai 0 HU,  jaringan lunak 140 HU sampai dengan 400 HU, untuk tulang mempunyai nilai +1000 HU kadang sampai +3000 HU.  Sedangkan untuk kondisi udara nilai yang dimiliki -1000 HU.  Jaringan atau substansi lain dengan nilai yang berbeda tergantung dari nilai perlemahannya. Jadi penampakan tulang pada monitor menjadi putih dan udara menjadi hitam. Jaringan dan substansi lain akan dikonversi menjadi warna abu-abu bertingkat yang disebut gray scale.  Khusus untuk darah yang semula dalam penampakannya berwarna abu-abu dapat menjadi putih apabila diberi media kontras (Rasad, 1992).
j.      Window Level 
Window Level adalah nilai tengah dari window yang digunakan untuk penampilan gambar. Nilainya dapat dipilih dan tergantung pada karakteristik perlemahan dari struktur obyek yang diperiksa.  Window Level menentukan  densitas (derajat kehitaman) gambar yang dihasilkan. Untuk jaringan lunak 30 HU sampai dengan 40 HU, sedangkan untuk tulang 200 HU sampai dengan 400 HU.

Kualitas Gambar CT - Scan



Faktor yang mempengaruhi kualitas gambar CT Scan adalah  spasial resolusi, kontras resolusi,  noise dan artefak. (Seeram, 2001)
a.    Spasial Resolusi.
Spasial resolusi menjelaskan tentang tingkatan derajat efek kabur (blurring) pada sebuah gambaran. Pada CT Scan, spasial resolusi adalah suatu ukuran dari kemampuan untuk membeda-bedakan obyek tentang bermacam-macam densitas suatu jarak yang kecil terpisah suatu latar belakang yang seragam (Robb and Morin, 1991).
 Dengan ukuran pixel yang besar maka spasial resolusi menjadi rendah tetapi noise akan berkurang. Spasial resolusi seringkali dapat menyebabkan gambaran menjadi kabur. Spasial resolusi dipengaruhi oleh faktor geometri, rekonstruksi algoritma (filter kernel), ukuran matriks,  pembesaran gambar (magnifikasi),  FOV (field of view).
b.    Kontras Resolusi.
Menurut Seeram (2001) dan Bushberg (2003), kontras resolusi adalah kemampuan untuk membedakan atau menampakkan obyek-obyek dengan perbedaan densitas yang sangat kecil.  Dengan meningkatnya ukuran pixel maka kontras resolusi akan semakin meningkat. Kontras resolusi   dipengaruhi oleh faktor eksposi, ketebalan irisan, FOV (field of view) dan rekonstruksi algoritma (filter kernel).
Kontras resolusi dapat diperbaiki dengan cara:
1)    Ukuran pixel besar.
2)    mAs besar.
3)    Slice thickness.
4)    Low pass filter
c.    Noise
Noise adalah fluktuasi atau standar deviasi nilai CT number pada jaringan atau  materi yang homogen.  Sebagai contoh adalah air memiliki CT number 0, semakin tinggi standar deviasi nilai CT number pada pengukuran titik-titik air berarti noisenya tinggi. (Seeram, 2001)
Noise  akan mempengaruhi kontras resolusi,  semakin tinggi noise maka kontras resolusi akan menurun (Bushberg, 2003).
Faktor yang menyebabkan noise adalah faktor eksposi, detektor dan ketebalan irisan.
Noise dapat dikurangi dengan cara menambah:
1)    Nilai mAs semakin tinggi maka akan menyebabkan noise semakin rendah, tetapi sebaliknya semakin rendah nilai mAs maka noise akan semakin banyak.
2)    Ukuran pixel bertambah besar akan menyebabkan noise berkurang, semakin kecil ukuran pixel maka noise semakin banyak.
3)    Slice thickness semakin tebal maka kontras resolusi akan meningkat sedangkan spasial resolusi akan menurun.
d.    Artefak.
Secara umum artefak adalah suatu penyimpangan atau kesalahan pada suatu  gambaran  yang tidak berhubungan kepada subyek materi yang sedang dipelajari. Penampilan ini adalah satu kesalahan didalam gambaran dan tidak mempunyai hubungan anatomi pada pemeriksaan.
Pada CT Scan artefak didefinisikan sebagai pertentangan atau  perbedaan antara rekonstruksi CT number dalam gambar dengan koefisien atenuasi yang sesungguhnya dari obyek yang diperiksa (Seeram, 2001).
Definisi ini menyeluruh dan menyiratkan bahwa semua yang menyebabkan pengukuran transmisi yang membaca oleh detektor-detektor itu akan mengakibatkan satu gambaran artefak. Karena  CT number menunjukkan bayangan keabu-abuan pada gambar, pengukuran yang salah menghasilkan CT number yang salah dan tidak menunjukkan koefisien atenuasi pada obyek. Kesalahan ini mengakibatkan berbagai macam artefak yang akan mempengaruhi penampilan gambaran CT.         
1)    Streaks artifact
Streaks artifact adalah artefak berupa garis-garis yang disebabkan oleh pergerakan pasien,  berkas cahaya, metal dan adanya obyek diluar FOV (field  of view).
2)    Shading artifact
Shading artifact dapat disebabkan oleh pergerakan obyek dan berkas cahaya (beam hardening).
3)    Ring artifact
Ring artifact adalah artefak yang berupa garis lingkaran yang disebabkan oleh adanya kerusakan pada detektor.
4)    Partial Volume Artifact
Partial volume artifact adalah artefak yang disebabkan adanya dua jaringan     atau materi yang berbeda CT number dalam satu pixel.