Tuesday, February 25, 2014

Teknik Pemeriksaan T-Tube cholangiografi



Teknik Pemeriksaan T-Tube cholangiografi


Indikasi:
Mengeksklusi batu saluran empedu dimana hasil choledografi tidak memuaskan.

Komplikasi:
ü  Cholangiovous Reflux (pecahnya dinding cholangio karena high pressure).
ü  Septicaemia (bakteri yang tidak seharusnya ada pada pembuluh darah, misalnya kuman kolon, strapfilokok, streptokok).

2.3.1    Foto pendahuluan
Tujuannya yaitu dapat menunjukan densitas kalsifikasi pada kandung empedu,beserta cabang - cabang saluran empedu.

Proyeksi AP
Posisi  pasien:
Pasien supine dengan kedua lengan berada di samping kanan,kiri tubuh dan kedua kaki lurus.
Posisi objek: 
Mid sagital plain tubuh diatur di pertengahan meja / grid.
Abdomen diatur pada pertengahan kaset denga batas atas
Prossesus Xypoideus batas bawah crista iliaka.
Central ray:
Vertikal tegak lurus
Central point:
      Garis MSP setinggi 2-3 inchi diatas crista iliaka
Eksposi dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan napas
Kaset menggunakan 30 x  40 cm
Gambaran radiograf yang tampak :
Memperlihatkan batas atas vertebrae thorakalis XI dan batas bawah simpisis pubis, kolu mna vertebrae pada pertengahan radiograf.

2.3.2    Foto setelah pemasukan kontras
Media kontras menggunakan iopamiro sebanyak 30 cc dengan aquabides dengan perbandingan 1:1 dengan spuit melalui kateter.

Proyeksi PA
Posisi pasien:
Pasien telungkup diatas meja pemeriksaan

Posisi objek:
Kedua tangan pasien  menumpu kepala yang menoleh  kekiri.
Kedua kaki dan tubuh lurus dengan bidang tengah tubuh tegak lurus meja pemeriksaan.
Kaset: 24 x 30 cm
Central point : Garis MSP setinggi 2-3 inchi diatas crista iliaka
Central ray : Vertical Tegak lurus tehadap bidang kaset
Ekspose dilakukan saat pasien menahan napas dan ekspirasi.
Kriteria yang tampak:
Tampak gambaran aksial kandung empedu, bayangan pemendekan karena letak kandung empedu yang menyudut terhadap film.
Bagian abdomen lateral dan lemak peritoneal, muskulus psoas, batas bawah hati dan kedua ginjal serta beberapa tulang iga bawah.

Proyeksi RAO
Posisi pasien:
Pasien semi prone,dengan tangan kanan dibelakang dan tangan kiri ke depan.Kaki kiri fleksi sedangkan kaki kanan lurus


Posisi objek:
Mid Sagital Plane di atur dipertengahan meja abdomen di atur pada pertengahan kaset,Objek berada di tengah kaset
Central Point : L2 Setinggi 2-3 inchi dari crista illiaka
Kaset             :24x30 cm
Central Ray  : Vertical tegak lurus terhadap kaset
Tujuan :  untuk melihat sistem billiaris dengan  mendekatkan objek terhadap kaset.

Proyeksi LAO   
Pasien semi prone,tangan kiri di depan  dan tangan kanan berada belakang,Kaki kanan fleksi  sedangkan kaki kiri lurus.
Posisi objek :
Mid  Sagital plane  Diatur petengahan kaset obyek diatur pada pertengahan meja
Central Point  :
 L2 Setinggi  2-3 inchi dari crista illiaka
Kaset               : 24x30 cm
Central Ray : Vertical tegak lurus terhadap kaset 
Tujuan : untuk melihat duktus cystikus

Teknik Pemeriksaan PTC ( Percutaneous Transhepatic Cholangiography )



Teknik Percutaneous Transhepatic Cholangiography  
1.        Tujuan Pemeriksaan
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menunjukkan sumbatan sebagian atau total gambaran duktus-duktus empedu (http://www.xray2000.co.uk).
2.        Indikasi Pemeriksaan (Bontrager, 2001)
1)        Koledokolitiasis
Adalah kondisi adanya pergeseran batu yang tidak normal atau adanya batu di duktus empedu.



2)        Kolesistitis
Adalah peradangan yang sering menghalangi duktus sistikus dalam kelancaran aliran empedu dari kandung empedu ke comon bile duct.
3)        Neoplasma
Merupakan pertumbuhan baru dari tumor jinak dan tumor ganas.
4)        Stenosis Billiari
Merupakan penyempitan dari salah satu duktus billiari.
5)        Kongenital Anomalis
Merupakan kelainan bawaan sejak lahir berupa tumor jinak dan dapat mempengaruhi produksi, penyimpanan dan pengeluaran empedu.
.3.        Kontra Indikasi 
Kontra indikasi pada pemeriksaan PTC (http://www.xray2000.co.uk)
1)        Pasien dengan resiko pendarahan.
2)        Sepsis traktus biliari.
3)        Tidak ada fasilitas pembedahan cepat.
4)        Hydatid disease
4.        Prosedur PTC (Bontrager, 2001)
1)       Persiapkan pesawat flouroscopy.
2)       Persiapkan alat penyeteril termasuk jarum Cheaba.
3)       Pilih kontras media yang tepat. Perhatikan apabila pasien alergi iodin.
4)       Sediakan apron.
5)       Ambil foto polos untuk menyesuaikan foto selanjutnya.
6)       Awasi pasien saat pemeriksaan.
7)       Tukar kaset bila perlu.
8)       Ambil foto thorax bila diminta.




5.        Persiapan Pasien
Persiapan-persiapan pendahuluan terdiri dari berikut ini:
1)    Haemoglobin, waktu prothrombin dan platelets harus diperiksa sebelum pemeriksaan dilaksanakan.
2)    Prophylactic antibiotic cover typically ampicillin 500 mg q.d.s. 24 jam sebelum pemeriksaan dan untuk 3 hari setelahnya.
3)    Makan  4 jam sebelum pemeriksaan.
4)    Premedication Omnopon 10mg and hyoscine 0.2mg i.m. (http://www.xray2000.co.uk)
6.        Persiapan alat(http://www.xray2000.co.uk)
1)    Pesawat general fluoroscopy dengan spot film defice
2)    Peralatan sterilisasi
3)    Asepsis kulit
4)    Bengkok
5)    Peralatan anestesi local
6)    Chiba needle - flexible 22 gauge 18 cm
7)    Contrast agents Low osmolar 200 mg/ml 20 - 60 ml
7.        Metode pemasukan media kontras (http://www.xray2000.co.uk)
Pasien tidur supine dan area penusukan jarum, jaringan dalam dan liver capsule dianestesi lokal beri waktu agar anestesi bereaksi. dibawah layar flouroscopy jarum Cheaba ditusukkan ke hati dengan tahan nafas, saat posisi sudah benar pasien diperbolehkan bernafas lembut dengan teratur.
Suntikan dilepas dari jarum dan suntikan yang berisi kontras dipasang, kontras media disuntikan dibawah layar flouroscopy jarum ditarik sampai duktus terlihat, mungkin butuh beberapa manipulasi sampai sepuluh kali. Cairan bilier diambil untuk dianalisa dan selanjutnya media kontras disuntikkan untuk mengisi sistem duktus dan untuk mengidentifikasi tingkat obstruksi.( http://www.xray2000.co.uk)

8.         Teknik Pemotretan PTC
a.    Foto Pendahuluan
Foto pendahuluan adalah pemotretan di daerah abdomen kuadran kanan atas sebelum dilakukan pemasukan media kontras, adapun tujuan dari pemotretan foto pendahuluan ini adalah melihat persiapan penderita, menilai kelainan-kelainan anatomi dari organ traktus biliaris, dan menentukan pemakaian proyeksi dan faktor eksposi selanjutnya (Tavares dan Wood, 1964).
Proyeksi yang digunakan dalam foto pendahuluan ini adalah proyeksi antero-posterior (AP) yaitu :
Posisi pasien        : Berbaring terlentang dengan kedua tangan berada di atas dada dan di bawah kedua lutut diberi ganjalan. MSP tuguh diatur pada pertengahan meja/ grid.
Posisi objek          : Atur abdomen pada pertengahan kaset dngan batas atas prossesus xipoideus dan batas bawah simpisis pubis.
Arah sinar             : Vertikal tegak lurus pad pertengahan grid setinggi pertengahan kedua krista illiaka.
Eksposi                 : Saat pasien ekspirasi dan tahan nafas.
Kaset                    : Ukuran 35 x 43 cm (Ballinger, 1995).
 
Kriteria                  : Tampak batas atas vertebra thorakalis XI dan  batas bawah simpisis pubis, kolumna vertebra pada pertengahan radiograf, dinding bagian abdomen bagian lateral dan lemak properitonial, muskulus psoas, batas bawah hati, dan kedua ginjal, serta beberapa tulang iga bawah (Ballinger, 1995).

b.    Foto Post penyuntikan Media Kontras
Proyeksi yang digunakan dalam foto post penyuntikan media kontras ini adalah proyeksi antero-posterior (AP) yaitu :
Posisi pasien        : Berbaring terlentang dengan kedua tangan berada di atas dada dan di bawah kedua lutut diberi ganjalan. MSP tuguh diatur pada pertengahan meja/ grid.
Posisi objek          : Atur abdomen pada pertengahan kaset dngan batas atas prossesus xipoideus dan batas bawah simpisis pubis.
Arah sinar             : Vertikal tegak lurus pad pertengahan grid setinggi pertengahan kedua krista illiaka.
Eksposi                 : Saat pasien ekspirasi dan tahan nafas.
Kaset                    : Ukuran 35 x 43 cm (Ballinger, 1995).

Kriteria                  : ID dan anatomical markers harus tanmpak dan tepat pada area film.
Eksposure optimal harus menamkpakan media kontras dan kontras harus dapat menampakan soft tisue dan struktur tulang. (http://www.xray2000.co.uk)

9.        Perawatan setelah pemeriksaan
1)   Pemeriksaan nafas dan denyut nadi tiap setengah jam selama 6 jam.
2)   Periksa bekas suntikan bila ada perdarahan.
10.      Komplikasi
1)    Kematian kurang dari 1%
2)    Alergi jarang terjadi. 
Cholangitis, haemorrhage, abses Subpherenic, Shock, bacteraemia, septicaemia.