Tuesday, July 15, 2014

GRID

Grid adalah alat untuk mengurangi atau mengeliminasi radiasi hambur agar tidak sampai ke film rontgen. Grid terdiri atas lajurlajur lapisan tipis timbal yang disusun tegak diantara bahan-bahan yang tembus radiasi misalnya: plastik, kayu, bakelit.

Jenis-jenis grid:
1. Grid diam (stationary grid atau lisholm).
2. Grid bergerak (moving grid atau bucky).

Dari susunannya dibagi dalam:
1. Grid paralel
2. Grid focused
3. Grid pseudo focused
4. Grid cross

Proses Terjadinya Sinar-X

Proses terjadinya sinar-x adalah sebagai berikut:
1. Katoda (filamen) dipanaskan lebih dari 20.000 derajat celsius sampai menyala dengan mengalirkan listrik yang berasal dari transformator.
2. Karena panas, elektron-elektron dari katoda (filamen) terlepas.
3. Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi, elektron-elektron akan dipercepat gerakannya menuju anoda dan dipusatkan ke alat pemusat (focusing cup).
4. Filamen dibuat relatif negatif terhadap sasaran (target) dengan memilih potensial tinggi.
5. Awan-awan elektron mendadak dihentikan pada sasaran (target) sehingga terbentuk panas ( > 99% ) dan sinar-x ( < 1% ).
6. Pelindung (perisai) timah akan mencegah keluarnya sinar x dari tabung, sehingga sinar x yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela (window).
7. Panas yang tinggi pada sasaran (target) akibat benturan elektron ditiadakan oleh radiator pendingin.

Jumlah sinar x yang dilepaskan setiap satuan waktu dapat dilihat pada alat pengukur miliampere (mA), sedangkan jangka waktu pemotretan oleh alat pengukur waktu.


Sumber: Radiologi Diagnostik karangan Sjahriar Rasad tahun 2011

Tuesday, July 8, 2014

TOPOGRAFI KEPALA

Titik atau garis bidang pada kepala yang digunakan sebagai pedoman pada pemeriksaan skull, yaitu (Ballinger, 1995) :
a.       Acanthion adalah titik pertengahan antara tulang hidung.
b.      Acanthio Meatal Line (AML) adalah garis yang menghubungkan antara titik achantion dengan MAE.
c.       Glabella adalah titik pertemuan antara arcus superciliaris kanan kiri dengan frontal.
d.      Glabello Meatal Line (GML) adalah garis yang menghubungkan antara glabella dengan MAE.
e.       Infra Orbital Margin (IOM) adalah sisi bagian bawah rongga mata.
f.       Inner Canthus adalah sudut mata bagian dalam.
g.      Inter Pupillary Line (IPL) adalah garis yang menghubungkan antara pupil mata kanan kiri tegak lurus dengan kepala.
h.      Meatus Acousticus Externus (MAE) adalah lubang telinga luar.
i.        Mental Point adalah titik tengah kedua mandibula.
j.        Mento Meatal Line (MML) adalah garis garis yang menghubungkan mental point dengan MAE.
k.      Orbito Meatal Line (OML) adalah garis yang menghubungkan sudut mata sebelah luar dengan lubang telinga bagian luar.
l.        Outher Canthus adalah sudut mata sebelah luar.

ANATOMI MANDIBULA

Sebelum penulis menerangkan anatomi dan fisiologi mandibula, terlebih dahulu akan diterangkan anatomi dan fisiologi dari tulang kepala secara umum karena tulang mandibula merupakan rangkaian dari tulang pembentuk tulang kepala.
1.      Tulang kepala
          Kranium mempunyai dua bagian besar, yaitu kalvaria atau tempurung otak (neurokranium) dan rangka muka (splankokranium). Kalvaria (neurokranium) merupakan bagian atas, yang menjadi tampat kedudukan otak serta melindungi otak dan selaput - selaput otak (Bajpai, 1990). Kalvaria terdiri dari delapan tulang, yaitu (Pearce, 2002) :
a.       1 tulang oksipital (tulang kepala belakang)
b.      2 tulang parietal (tulang ubun-ubun)
c.       1 tulang frontal (tulang dahi)
d.      1 tulang etmoid (tulang tapis)
Rangka muka (splankokranium) terdiri dari dua buah yang merupakan bagian – bagian yang letaknya lebih di sebelah bawah dan anterior termasuk mandibula (Bajpai, 1990). Rangka muka (splankokranium) terdiri dari empat belas tulang, yaitu (Pearce, 2002) :
a.       2 tulang hidung
b.      2 tulang palatum
c.       2 tulang lakrimalis (tulang air mata)
d.      2 tulang zigomatikus (tulang lengkung pipi)
e.       1 vomer (tulang pisau luku)
f.       2 tulang turbinatum inferior (tulang kerang hidung bawah)
g.      2 maksila
h.   1 mandibula
2.      Tulang mandibula
Mandibula adalah tulang rahang bawah dan merupakan tulang muka yang paling besar dan kuat. Mandibula merupakan satu – satunya tulang pada tengkorak yang dapat bergerak. Mandibula dapat ditekan dan diangkat pada waktu membuka dan menutup mulut. Dapat ditonjolkan, ditarik ke belakang dan sedikit digoyangkan dari kiri ke kanan dan sebaliknya sebagaimana terjadi pada waktu mengunyah (Pearce, 2002).  Pada perkembangannya tulang ini terdiri dari dua belahan tulang yang bersendi di sebelah anterior pada simpisis mental, persatuan kedua belahan tulang ini terjadi pada umur dua tahun membentuk sebuah korpus yang letaknya horisontal dan berbentuk seperti tapal kuda, menjorok ke muka serta mempunyai dua buah cabang yang menjorok ke atas dari ujung posterior korpus (Bajpai, 1991).
Bagian – bagian mandibula, yaitu (Bajpai, 1991) :
a.       Korpus
Korpus juga mempunyai dua permukaan, yaitu :
1)      Permukaan eksternus
 Permukaan eksternus kasar dan cembung. Pada bagian ini  terdapat suatu linea oblikum yang meluas dari ujung bawah pinggir anterior ramus menuju ke bawah dan ke muka serta berakhir pada tuberkumum mentale di dekat garis tengah. Dan terdapat juga foramen montale yang terletak di atas linea oblikum dan simpisis menti yang merupakan rigi di garis tengah yang tidak nyata di bagian atas pada tengah pada tempat persatuan dari kedua belahan foetalis dari korpus mandibula.
2)      Permukaan internus
Permukaan internus agak cekung. Pada permukaan ini terletak sebuah linea milohyodea, yang meluas oblik dari di bawah gigi molar ke tiga menuju ke bawah dan ke muka mencapai garis tengah, linea milohyodea ini menjadi origo dari muskulus milohyodeus. Linea milohyoidea membagi fossa sublingualis dari fossa submandibularis.
Korpus mempunyai dua buah pinggir, yaitu :
1)      Pinggir atas (alveolaris)
                   Merupakan lekuk dari gigi geligi tetap. Terdapat delapan lekuk dari masing – masing belahan mandibula ( dua untuk gigi seri, satu untuk gigi taring, dua untuk gigi premolar dan tiga untuk gigi molar). Pada orang tua setelah gigi – gigi tanggal lekuk – lekuk ini tidak tampak karena atropi tulang yang mengakibatkan berkurangnya lebar corpus mandibula. 
2)      Pinggir bawah (basis)
Pinggir ini tebal dan melengkung yang melanjutkan diri ke posterior dengan pinggir bawah ramus. Sambungan kedua pinggir bawah ini terletak pada batas gigi molar ke tiga, di tempat ini basis disilang oleh arteri fasialis. Fossa digastrika yang merupakan lekukan oval terletak pada masing – masing sisi dari garis tengah. Merupakan origo dari venter anterior muskulus digastrikus. Sepanjang seluruh basis dilekatkan lapis dari fasia kolli dan tepat di atasnya (superfasialis) dilekatkan platisma.
b.      Ramus
Ramus terdiri dari dua permukaan, yaitu :
1)      Permukaan eksternus (lateralis)
Permukaan ini kasar dan datar. Bagian posterior atas licin yang berhubungan dengan glandula parotis. Sisa dari permukaan merupakan insersio dari muskulus masseter.
2)      Permukaan internus (medialis)
Pada permukaan ini terletak foramen mandibulare yang merupakan awal dari kanalis mandibularis serta dilalui oleh nervus dentalis dan pembuluh – pembuluh darahnya.
Pinggir – pinggir pada ramus, yaitu :
1)      Pinggir superior, merupakan insisura – insisura tajam dan cekung mandibularis di antara prosesus – prosesus koronoideus dan prosesus kondiloideus.
2)      Pinggir anterior, melanjutkan diri ke bawah dengan garis oblik.
3)      Pinggir posterior, tebal dan alur – alur merupakan permukaan medialis dari glandula parotis.
   4)  Pinggir inferior, melanjutkan diri dengan pinggir inferior korpus dan bersama – sama membentuk basis mandibula

Friday, June 27, 2014

Pneumothorax

a.    Definisi
Kolaps paru-paru / pneumothoraks (Pneumothorax) adalah penimbunan udara atau gas di dalam rongga pleura yang menyebabkan paru untuk mengempis. Rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada.

b.    Penyebab
Terdapat beberapa jenis pneumotoraks yang dikelompokkan berdasarkan  penyebabnya :

1. Pneumotoraks spontan
Terjadi tanpa penyebab yang jelas. Pneumotoraks spontan primer terjadi jika pada penderita tidak ditemukan penyakit paru-paru. Pneumotoraks ini diduga disebabkan oleh pecahnya kantung kecil berisi udara di dalam paru-paru yang disebut bleb atau bulla. Penyakit ini paling sering menyerang pria berpostur tinggi-kurus, usia 20-40 tahun. Faktor predisposisinya adalah merokok sigaret dan riwayat keluarga dengan penyakit yang sama. Pneumotoraks spontan sekunder merupakan komplikasi dari penyakit paru-paru (misalnya penyakit paru obstruktif menahun, asma, fibrosis kistik, tuberkulosis, batuk rejan).

2. Pneumotoraks traumatik
Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa bersifat menembus (luka tusuk, peluru) atau tumpul (benturan pada kecelakaan kendaraan bermotor). Pneumotoraks juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis tertentu (misalnya torakosentesis).

3. Pneumotoraks karena tekanan
Mekanisme terjadinya tension pneumothorax sama dengan kejadian pneumotoraks umumnya. Namun pada tension pneumothorax, udara secara terus-menerus mengalir dari parenkim paru yang cedera meningkatkan tekanan di dalam rongga hemitoraks yang terkena.
Pasien mengalami distress pernapasan. Suara napas menghilang, dan hemitorak yang terkena hipersonor pada perkusi. Trakea mengalami deviasi ke sisi yang berlawanan dengan injury. Organ mediastinum bergeser kea rah berlawanan dengan sisi yang sakit. Ini mengakibatkan penurunan Venous Return ke jantung. Pasien menunjukkan tanda-tanda ketidakstabilan hemodinamik, seperti: hipotensi, yang dengan cepat dapat berkembang kepada kolaps kardiovaskuler secara keseluruhan.



Patofisiologi pneumothoraks
Alveol disangga oleh kapiler yang mempunyai dinding lemah dan mudah robek, apabila alveoli tersebut melebar dan tekanan didalam alveoli meningkat maka udara masuk dengan mudah menuju kejaringan peribronkovarkuler gerakan nafas yang kuat, Infeksi dan obstruksi endrobronkial merupakan beberapa factor presipitasi yang memudahkan terjadinya robekan selanjutnya udara yang terbebas dari alveoli dapat mengoyak jaringan fibrotik peri bronco vascular gerakan nafas yang kuat, infeksi dan obstruksi endobronkial merupakan beberapa factor presipitasi yang memudahkan terjadinya robekan selanjutnya udara yang terbebas dari alveoli dapat mengoyak jaringan fibrotik peri bronco vascular robekan pleura kearah yang berlawanan dengan tilus akan menimbulan pneumothoraks sedangkan robekan yang mengarah ke tilus dapat menimbulakan pneumomediastinum dari medrastinum udara mencari jalan menuju atas, ke arah leher. Diantara organ – organ di mediastinum terdapat jaringan ikat yang longgar sehingga mudah di tembus oleh udara. Dari leher udara menyebar merata di bawah kulit leher dan dada yang akhirnya menimbulkan emfisema sub kutis. Emfisema sub kutis dapat meluas kearah perut hingga mencapai skretum.

Indikasi Pemeriksaan Gigi

Impacted
Impacted atau impaksi merupakan gangguan yang terjadi pada gigi dimana gigi yang baru tumbuh mendesak gigi di depannya yang sudah lebih dahulu tumbuh. Impaksi biasanya terjadi pada molar 3 yang mendesak molar 2. Ini biasanya terjadi karena pasien memiliki mandibula yang pendek sehingga molar 3 tidak mendapat cukup tempat untuk tumbuh.

Caries Dentis
Caries dentis dalam bahasa umumnya adalah gigi berlubang. Caries ini biasa terjadi akibat pengeroposan pada gigi yang penyebabnya banyak hal, bisa karena sisa makanan yang tertinggal, bakteri, dll.

Cystisis
Cystisis adalah sebuah kelainan dimana bagian mandibula yang  menjadi tempat untuk radix (akar) gigi mengalami kekosongan.

Susunan Gigi Yang Tidak Rata
Susunan gigi seharusnya tumbuh secara rata. Tetapi banyak juga orang yang memiliki susunan gigi yang tidak rata. Ini kebanyakan merupakan bawaan sejak lahir, tetapi ada juga yang diakibatkan karena kebiasaan makan saat kecil atau juga karena kecelakaan

Sunday, March 16, 2014

Kontrol kualitas ( QA ) CT - Scan

Kontrol kualitas dapat diartikan sebagai program berkala untuk menguji kinerja pesawat CT Scan dan membandingkan dengan standar yang ada. Kontrol kualitas merupakan  bagian dari program jaminan mutu yang berhubungan dengan teknik yang digunakan dalam monitoring dan pemeliharaan dari unsur-unsur  teknis dari sistem.  Menguji kinerja sistem adalah hal penting untuk memelihara mutu gambaran yang optimal dan memperkecil produksi artefak-artefak gambaran. Kontrol kualitas  mempengaruhi mutu gambaran. Oleh karena itu kontrol kualitas  adalah bagian dari program jaminan mutu yang berhubungan dengan instrumentasi dan peralatan.
Tujuan dari program pengendalian mutu adalah untuk memastikan bahwa peralatan imaging menghasilkan mutu gambaran terbaik dengan dosis penyinaran yang diterima pasien seminimal mungkin. Mutu gambaran pada CT Scan sulit untuk dipelihara oleh karena sifat yang kompleks dari gambaran dan tampilan. Suatu sistem CT Scan sekarang ini terdiri atas komputer elektronik yang menghasilkan dan memproses data dalam jumlah yang sangat besar. Sistem  program jaminan mutu penting untuk memastikan kinerja sistem optimal dan mutu gambaran dengan jumlah dosis radiasi  yang mengenai pasien seminimal mungkin (Papp, 2002).
Jaminan mutu dirancang untuk menyediakan parameter-parameter kinerja tertentu untuk menentukan apakah spesifikasi  suatu unit yang diinstal menyimpang dari spesifikasi awal dari pabrik setelah pemakaian. Suatu program jaminan mutu CT Scan diselenggarakan oleh tenaga  yang berkualitas dari Fisikawan  Medis dan Radiografer (Papp, 2002).

1.    Pengujian  Kontrol Kualitas CT Scan
a.    Pengujian Penerimaan (Acceptance Testing)
Pengujian ini dilakukan setelah pemasangan alat CT Scan, dan mempunyai tujuan untuk memastikan bahwa peralatan yang dipasang sudah sesuai dengan spesifikasi pabrikan sebelum alat itu dipakai untuk pemeriksaan pasien.
Pengujian penerimaan ini terdiri dari pengukuran dosis radiasi dan kinerja elektro mekanik, kualitas gambar dan mengevaluasi sistem komponen. Hasilnya akan digunakan untuk mengidentifikasi sistem komponen yang memerlukan sedikit penyesuaian sedangkan bagian yang cacat harus diganti. Pada akhir pengujian penerimaan, scan diambil pada obyek standar sehingga diperoleh CT number dan simpangan baku yang direkam sebagai patokan untuk pengukuran kinerja sistem yang akan datang.
b.    Pengujian Rutin.
Pengujian ini dilakukan setelah pemakaian selama periode tertentu. Untuk lebih  konsisten di dalam pengukuran cara kerja dari alat CT Scan yang   bersifat mapan,  maka penjual alat CT Scan harus menyediakan alat phantom untuk melaksanakan uji kontrol kualitas dengan beberapa parameter, variasi-variasi yang dapat diijinkan untuk parameter yang ditentukan,  suatu metode untuk menyimpan dan merekam data jaminan mutu , dan informasi dosis dalam wujud suatu indeks dosis CT.
c.    Tes Koreksi Kesalahan ( Error Correction Test)
Pengujian ini dilakukan untuk mengevaluasi peralatan yang mengalami mal fungsi atau alat tidak bekerja sesuai dengan spesifikasinya (Papp, 2002).

2.    Parameter Fisik Pengukuran Kontrol Kualitas CT Scan
       Parameter fisik pengukuran kontrol kualitas alat CT Scan terdiri dari :
a.    Equipment Function Check and Warm Up.
Merupakan kegiatan untuk mengetahui kinerja dan kemampuan alat dalam hal fungsi komponen, keluaran dan keselamatan.
Aspek yang harus dipenuhi dalam operasional alat  CT scan, meliputi:
1)    Alat dalam keadaan siap pakai, berfungsi dengan baik dan aman digunakan.
2)    Aksesori alat lengkap dan baik.
3)    Ruang pengoperasian memenuhi syarat.
4)    Prasarana listrik,  air harus memadai.
5)    Sumber daya manusia siap.
6)    Bahan operasional tersedia.
7)    Prosedur tetap pelayanan tersedia dan dipahami.
8)    Prosedur tetap pengoperasian tersedia dan dipahami.
Pemeriksaan fisik secara visual, meliputi :
1)    Catu daya.
2)    Body (badan) alat dan permukaan alat.
3)    Aksesori peralatan.
4)    Lampu-lampu indikator.
5)    Perencanaan ruang pemeriksaan.
6)    Pengkondisian udara.
b.    Uji Phantom
Uji phantom (phantom merupakan standarisasi bentuk manusia atau uji obyek sebagai bentuk yang khusus, ukuran dan strukturnya) digunakan  untuk kalibrasi alat dan mengevaluasi data kinerja/ performance alat CT Scan.
Data kinerja/ Performance CT Scan dapat dicek melalui penerimaan uji kualitas setelah pemasangan dan perbaikan hal yang terpenting, dan menggunakan uji kontrol kualitas periodik semenjak dilakukan standar operasional.
Uji  phantom mencakup beberapa parameter yang dapat diuji, seperti nilai rata-rata CT number, linearitas, uniformity (keseragaman), noise, spasial resolusi (resolusi ruang), slice thickness (ketebalan irisan),  dosis radiasi dan posisi meja.
1)    Uji CT Number in Water
Akurasi nilai CT number in water dapat dibuktikan kebenarannya melalui pemanfaatan  uji obyek scanning (phantom) dengan parameter standar yang biasa dipakai.  Nilai CT number in water dipengaruhi oleh   voltase tabung sinar-X, filtrasi sinar-X dan ketebalan obyek. 
Nilai CT number in water dapat diartikan sama hingga  0 HU dan artinya CT number diukur melebihi Central Region of Interest (ROI) yang seharusnya nilainya berkisar antara  ± 4 HU (Jaengsri, 2004). 
Menurut American College of Radiology Acceptance Criteria, Nilai rata-rata  CT number untuk  Polyethylene antara  -107 HU dan -87 HU, untuk air antara -7 HU dan +7 HU, Nilai rata-rata CT number untuk akrilik antara +110 HU dan +130 HU ( Papp,2002).
2)    Uji Linearitas
Linearitas membahas hubungan linier antara perhitungan CT number dan  koefisien attenuasi linier  setiap elemen dari obyek. Hal ini sangat penting untuk mengevaluasi kebenaran gambaran CT Scan, secara khusus untuk kebenaran dari  kualitas CT.  Nilai  Penyimpangan dari linearitas tidak boleh melebihi rentang ±5 HU dari nilai  yang seharusnya, yaitu pada rentang spesifik jaringan atau tulang (Jaengsri, 2004).
3)    Uji Uniformity (keseragaman)
Uniformity (keseragaman) berkaitan dengan persyaratan untuk nilai masing-masing pixel pada homogenitas gambar obyek menjadi sama dalam batas yang sempit dari berbagai obyek seperti diameter silinder 16,5 cm.  Perbedaan rata-rata CT number antara tepi dan daerah  pusat dari hegemonitas obyek harus  kurang dari atau sama dengan 8 HU.  Apabila perbedaannya lebih besar dapat disebabkan karena gejala fisik dari pancaran yang kuat/ beam hardening (Jaengsri, 2004).
Menurut Seeram (2001) frekuensi pengujian terhadap uniformity atau  flatness CT number dilakukan frekuensi tahunan.
Batas yang diterima : Apabila CT number berbeda lebih dari 5 dari rata-rata, maka bayangan tidak datar.  Apabila  CT number ditengah tinggi dan rendah dipinggir  diatas data gambaran akan berbentuk cupping.
Menurut American College of Radiology Acceptance Criteria perbedaan  antara rata-rata CT number tengah   dan di tepi kurang dari 5 HU untuk keempat posisi tepi. Nilai  CT number di tengah antara -7 HU dan +7 HU dengan  ±5 HU dipilih  (Papp,2002).      
4)    Uji Noise
Noise adalah fluktuasi CT number diantara titik (picture element) pada materi yang seragam, misalkan air. Noise dapat dideskripsikan dengan standard deviasi (s) dari nilai-nilai pixel  yang terdapat dalam matriks dari sebuah gambaran CT Scan. Pengukuran noise dilakukan dengan frekuensi harian (Seeram, 2001)
5)    Uji Spasial Resolusi (resolusi ruang)
Spasial resolusi (resolusi ruang) pada kontras yang tinggi dan rendah bersifat saling tergantung dan mengupas kepada mutu gambaran dan gambaran  baik dari struktur-struktur diagnostik yang penting.
Resolusi  ruang pada kontras yang tinggi (resolusi kontras tinggi) menentukan  ukuran  minimal dari detail yang ditunjukkan pada pesawat dari irisan dengan suatu kontras kurang dari atau sama dengan 10%. Itu dipengaruhi oleh rekonstruksi algoritma, lebar detektor, ketebalan irisan, obyek itu kepada jarak detektor,  ukuran focal spot  tabung sinar-X focal, dan ukuran matrik. Resolusi  ruang pada kontras yang rendah (resolusi kontras rendah) menentukan ukuran dari detail yang dapat dengan nyata direproduksi ketika  hanya ada suatu perbedaan yang kecil pada kepadatan sehubungan dengan melingkupi bidang. Resolusi kontras rendah sangat dibatasi oleh noise. Ambang pintu persepsi  hubungan dengan kontras dan ukuran detil dapat ditentukan, sebagai contoh, atas pertolongan suatu kurva contras-detail.   Dalam penentuan yang demikian, dipengaruhi oleh rekonstruksi  algorithma dan parameter scanning yang lain harus dikenal.  Dosis dan gambaran noise yang sesuai sangat mempengaruhi resolusi kontras rendah.
6)    Uji Slice thickness (ketebalan irisan)
Slice thickness (ketebalan irisan) menentukan pusat dari daerah yang terlihat sebagai jarak antara dua titik pada profil kepekaan sepanjang poros dari perputaran selama reaksi jatuh sampai 50%. Penyimpangan tertentu pada ketebalan irisan tidak boleh melebihi batas karena berpengaruh pada detail gambar, sebagai contoh, dengan nominal slice thickness lebih dari atau sama dengan 8 m, deviasi maksimal  + 10% dapat diterima, deviasi yang dapat di toleransi untuk slice thickness yang lebih kecil dari 2 mm sampai dengan -8 mm dan < 2 mm adalah + 25% dan +  50% secara berturut-turut.
Penggunaan dari setelah kolimasi pasien yang melekat pada beberapa peralatan CT untuk mengurangi profil sensitifitas irisan, berperan penting pada peningkatan yang signifikan dosis pasien untuk serangkaian irisan  yang berdampingan.
c.    Uji High Contrast Resolution
Frekuensi : Bulanan.
Alat : Phantom  dengan high contrast resolution pattern (perbedaan kontras 10% atau lebih besar).
Pengukuran : Menentukan barisan lubang terkecil, dimana semua lubang dapat terlihat dengan jelas.  Semakin kecil lubang terlihat maka semakin baik. 
Hasil yang diharapkan : Kebanyakan CT Scan modern memiliki resolusi < 1 mm, teknik highest resolution bernilai 0,25 mm.
Penyebab kegagalan:
1)    Perluasan ukuran focal spot.
2)    Getaran gantry yang berlebihan.
3)    Kegagalan detektor.
d.    Uji KVp Waveform
Frekuensi : Tahunan.
Alat :  KVp  meter dan storage osiloscope.
Hasil yang diharapkan: Nilai KVp terukur seharusnya sama dengan yang diset. Bentuk gelombang tidak berubah sehingga tidak mengubah nilai KV selama durasi scanning.
Batas  yang dapat  diterima :  Selisih KV (tegangan tabung)  terukur maksimal 2 KV.
Penyebab kegagalan :  Miskalibrasi generator sinar-X.
e.    Uji Radiation Scatter and Leakage
Frekuensi : Tahunan.
Alat: Phantom water head size, survey meter ( Geiger Muller ) / ion  chamber
Batas  yang dapat  diterima: Tidak ada
Penyebab kegagalan: Ada masalah dengan sistem kolimasi dan shielding tabung sinar-X.
f.     Uji Accuracy of Distance Measuring Device
Frekuensi :Tahunan
Alat : Phantom yang berlubang berpola “ + “ dengan jarak lubang yang presisi.
Hasil yang diharapkan : Jarak yang sama antara lubang phantom dengan jarak pada video monitor.
Batas yang diterima ≤ 1 mm.   Apabila > 2 mm harus dikoreksi.
Penyebab kegagalan :  Miskalibrasi rekontruksi algorithma.
g.    Test Distortion of Video Monitor
Frekuensi : Tahunan
Alat : Phantom yang berlubang berpola “ + “ dengan jarak lubang yang presisi.
Hasil yang diharapkan :
Jarak  pada lubang pada semua arah sama/ paralel antara lubang phantom dan gambaran lubang pada video monitor.
Batas yang diterima : ≤1% diameter phantom pada jarak antara lubang di posisi manapun.
Penyebab kegagalan : Tegangan pada monitor.
h.    Uji Distortion of Film Image or orther Hard Copy Output
Frekuensi : Bulanan.
Alat : Phantom yang berlubang berpola “ + “ dengan jarak lubang yang presisi.
Hasil yang diharapkan : Jarak diantara spasi lubang yang sama di phantom tampak berjarak sama pada film.
Batas yang diterima :  Beda maksimum diantara empat nilai terukur harus lebih kecil dari 1% diameter phantom.
Penyebab kegagalan : Misalignment / maladjustment optical kamera film.
i.      Uji Bed Indexing
Frekuensi : Tahunan.
Alat Uji : Film radiografi ukuran 24 X 30 cm.
Hasil yang diharapkan : Jarak dari pertengahan  baris yang berdekatan 10 mm.
Batas yang diterima : Dari 10 scanning  dengan 9 inter scan spasing menghasilkan lebar bayangan 90 mm.  Apabila  > 10% maka gerak meja tidak akurat.
Penyebab kegagalan: Mekanisme pergerakan meja buruk/ miskalibrasi indikator posisi meja.
j.      Uji Bed Backlash
Akurasi posisi meja pasien dapat  dievaluasi dengan pergerakan meja yang telah diberi beban.  Kemudian dikembalikan ke posisi awal. Toleransi penyimpangan maksimal  ± 2  mm (Jaengsri, 2004;  Seeram, 2001).
Frekuensi : Tahunan.
Alat : Penggaris, Pensil, 2 lembar isolasi.
Hasil yang diharapkan :
Kedua tanda pensil bertemu seperti pada saat meja belum digerakkan.
Batas yang diterima :
Apabila  jarak tanda kedua pensil > 1 mm maka tidak akurat. 
Penyebab kegagalan : kerusakan mekanik pada geer, sensor meja.

Parameter CT - Scan



Gambar pada CT Scan dapat terjadi sebagai hasil dari berkas sinar-X yang mengalami perlemahan setelah menembus obyek, ditangkap detektor dan dilakukan pengolahan dalam komputer.  Penampilan gambar yang baik tergantung kualitas gambar yang dihasilkan sehingga aspek klinis dari gambar tersebut dapat dimanfaatkan untuk menegakkan diagnosa.
Pada CT Scan dikenal beberapa parameter untuk pengontrolan eksposi dan output gambar yang optimal (Bushberg,2003). Adapun parameter tersebut adalah :
a.    Slice thickness
Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari obyek yang diperiksa. Nilainya dapat dipilih antara 1 mm – 10 mm sesuai dengan keperluan klinis. Slice thickness yang tebal akan menghasilkan gambaran dengan detail yang rendah sebaliknya dengan slice thickness yang tipis akan menghasilkan gambaran   dengan detail yang tinggi. Slice thickness yang tebal akan menimbulkan gambaran yang mengganggu seperti garis-garis dan apabila slice thickness  terlalu tipis akan menghasilkan noise yang tinggi.
b.    Scan Range
Scan range adalah perpaduan atau kombinasi dari beberapa slice  thickness, yang bermanfaat untuk mendapatkan ketebalan potongan yang berbeda pada satu lapangan pemeriksaan.

c.    Faktor Eksposi
Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap eksposi, meliputi tegangan tabung (KV), arus tabung (mA) dan waktu (s). Besarnya tegangan tabung dapat dipilih secara otomatis pada setiap pemeriksaan (Jaengsri, 2004).
Tegangan tabung (KV) yaitu beda potensial antara tabung katoda dan anoda.  Semakin tinggi awan elektron yang dihasilkan maka akan semakin kuat  menembus anoda sehingga daya tembus yang dihasilkan akan semakin besar.
Arus tabung (mA) yaitu kuat lemahnya arus yang dihasilkan   sinar-X, apabila arus tabung besar maka elektron yang dihasilkan akan semakin besar.
Waktu (s) yaitu lamanya waktu eksposi, sangat berpengaruh terhadap jumlah elektron. mAs berpengaruh terhadap jumlah elektron  dan  kuantitas sinar-X.
d.    Field of View (FOV)
Field of View (FOV) adalah diameter maksimal dari gambar yang akan direkonstruksi.  Besarnya bervariasi dan biasanya berada pada rentang 12 cm  sampai dengan 50 cm.  Field of View (FOV) kecil akan meningkatkan detail gambar (resolusi) karena field of view (FOV) yang kecil mampu mereduksi ukuran pixel, sehingga dalam rekonstruksi matriks hasilnya lebih teliti.
Field of View (FOV) kecil, antara 100 mm sampai dengan 200 mm akan meningkatkan resolusi sehingga detail gambar dan batas objek akan tampak jelas. Field of View (FOV) kecil akan menyebabkan noise meningkat (Nesseth, 2000).
Field of View (FOV) sedang, yaitu 200 mm diharapkan gambar yang dihasilkan memiliki spasial resolusi yang baik, noise serta artefak sedikit (Genant, 1982).
 Field of View (FOV) besar, antara 350 mm sampai dengan       400 mm akan menghasilkan spasial resolusi yang rendah karena pixel menjadi besar akibat dilakukannya magnifikasi.  Field of View (FOV) besar akan menyebabkan noise berkurang dan kontras resolusi meningkat serta dapat dihindari munculnya streak  artifact   (Genant, 1982).
e.    Gantry Tilt
Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal dengan gantry (tabung sinar-X dengan detektor). Rentang gantry tilt antara -300 sampai +300. Gantry tilt bertujuan untuk keperluan diagnosa dari masing-masing kasus yang dihadapi.
f.     Pitch
Pitch adalah jangka waktu yang berhubungan dengan suatu kecepatan dan jarak. Pada CT Scan helical, pitch didefinisikan sebagai jarak (mm) pergerakan meja CT Scan selama satu putaran tabung sinar-X.  Pitch digunakan untuk menghitung pitch ratio, yang mana merupakan suatu rasio pada pitch untuk slice thickness/beam collimation.
Saat jarak pergerakan meja selama satu putaran penuh, tabung sinar-X sama dengan slice thickness/ beam collimation, pitch ratio (pitch) yaitu 1:1 atau sederhananya 1. Suatu pitch dengan nilai 1 menghasilkan kualitas gambar terbaik dalam CT Scan helical.  Pitch ditingkatkan untuk meningkatkan volume coverage dan kecepatan proses scanning. Nilai pitch berada dalam range 0 sampai dengan 10, sedangkan pitch faktor antara 1 dan 2.
g.    Rekonstruksi Matriks
Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom dari picture element (pixel) dalam proses perekonstruksian gambar. Rekonstruksi matriks ini merupakan salah satu struktur elemen dalam memori komputer yang berfungsi untuk merekonstruksi gambar.  Pada umumnya matriks yang digunakan berukuran 512x512 yaitu 512 baris dan 512 kolom.  Pada pemeriksaan CT Scan ukuran matriks disesuaikan dengan alat yang tersedia. Rekonstruksi matriks berpengaruh terhadap resolusi gambar.  Semakin tinggi matriks yang dipakai maka semakin tinggi detail gambar yang dihasilkan. (Bushberg, 2003)
h.    Rekonstruksi Algorithma
Rekonstruksi algorithma adalah prosedur matematis yang digunakan dalam merekonstruksi gambar. Penampakan dan karakteristik dari gambar CT Scan tergantung dari kuatnya algorithma yang dipilih. Semakin tinggi rekonstruksi algorithma yang dipilih maka semakin tinggi resolusi gambar yang dihasilkan. Dengan adanya metode ini maka gambaran seperti tulang, soft tissue, dan jaringan-jaringan lain dapat dibedakan dengan jelas pada layar monitor.
i.      Window Width
Window Width adalah nilai computed tomography yang dikonversi menjadi gray scale untuk ditampilkan ke TV monitor. Setelah komputer menyelesaikan pengolahan gambar melalui rekonstruksi matriks dan algorithma maka hasilnya akan dikonversi menjadi skala numerik yang dikenal dengan nama nilai computed tomography.  Nilai ini mempunyai satuan HU (Hounsfield Unit).
Dasar pemberian nilai ini adalah air dengan nilai 0 HU,  jaringan lunak 140 HU sampai dengan 400 HU, untuk tulang mempunyai nilai +1000 HU kadang sampai +3000 HU.  Sedangkan untuk kondisi udara nilai yang dimiliki -1000 HU.  Jaringan atau substansi lain dengan nilai yang berbeda tergantung dari nilai perlemahannya. Jadi penampakan tulang pada monitor menjadi putih dan udara menjadi hitam. Jaringan dan substansi lain akan dikonversi menjadi warna abu-abu bertingkat yang disebut gray scale.  Khusus untuk darah yang semula dalam penampakannya berwarna abu-abu dapat menjadi putih apabila diberi media kontras (Rasad, 1992).
j.      Window Level 
Window Level adalah nilai tengah dari window yang digunakan untuk penampilan gambar. Nilainya dapat dipilih dan tergantung pada karakteristik perlemahan dari struktur obyek yang diperiksa.  Window Level menentukan  densitas (derajat kehitaman) gambar yang dihasilkan. Untuk jaringan lunak 30 HU sampai dengan 40 HU, sedangkan untuk tulang 200 HU sampai dengan 400 HU.