Grid adalah alat untuk mengurangi atau mengeliminasi radiasi hambur agar tidak sampai ke film rontgen. Grid terdiri atas lajurlajur lapisan tipis timbal yang disusun tegak diantara bahan-bahan yang tembus radiasi misalnya: plastik, kayu, bakelit.
Jenis-jenis grid:
1. Grid diam (stationary grid atau lisholm).
2. Grid bergerak (moving grid atau bucky).
Dari susunannya dibagi dalam:
1. Grid paralel
2. Grid focused
3. Grid pseudo focused
4. Grid cross
Tuesday, July 15, 2014
Proses Terjadinya Sinar-X
Proses terjadinya sinar-x adalah sebagai berikut:
1. Katoda (filamen) dipanaskan lebih dari 20.000 derajat celsius sampai menyala dengan mengalirkan listrik yang berasal dari transformator.
2. Karena panas, elektron-elektron dari katoda (filamen) terlepas.
3. Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi, elektron-elektron akan dipercepat gerakannya menuju anoda dan dipusatkan ke alat pemusat (focusing cup).
4. Filamen dibuat relatif negatif terhadap sasaran (target) dengan memilih potensial tinggi.
5. Awan-awan elektron mendadak dihentikan pada sasaran (target) sehingga terbentuk panas ( > 99% ) dan sinar-x ( < 1% ).
6. Pelindung (perisai) timah akan mencegah keluarnya sinar x dari tabung, sehingga sinar x yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela (window).
7. Panas yang tinggi pada sasaran (target) akibat benturan elektron ditiadakan oleh radiator pendingin.
Jumlah sinar x yang dilepaskan setiap satuan waktu dapat dilihat pada alat pengukur miliampere (mA), sedangkan jangka waktu pemotretan oleh alat pengukur waktu.
Sumber: Radiologi Diagnostik karangan Sjahriar Rasad tahun 2011
1. Katoda (filamen) dipanaskan lebih dari 20.000 derajat celsius sampai menyala dengan mengalirkan listrik yang berasal dari transformator.
2. Karena panas, elektron-elektron dari katoda (filamen) terlepas.
3. Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi, elektron-elektron akan dipercepat gerakannya menuju anoda dan dipusatkan ke alat pemusat (focusing cup).
4. Filamen dibuat relatif negatif terhadap sasaran (target) dengan memilih potensial tinggi.
5. Awan-awan elektron mendadak dihentikan pada sasaran (target) sehingga terbentuk panas ( > 99% ) dan sinar-x ( < 1% ).
6. Pelindung (perisai) timah akan mencegah keluarnya sinar x dari tabung, sehingga sinar x yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela (window).
7. Panas yang tinggi pada sasaran (target) akibat benturan elektron ditiadakan oleh radiator pendingin.
Jumlah sinar x yang dilepaskan setiap satuan waktu dapat dilihat pada alat pengukur miliampere (mA), sedangkan jangka waktu pemotretan oleh alat pengukur waktu.
Sumber: Radiologi Diagnostik karangan Sjahriar Rasad tahun 2011
Tuesday, July 8, 2014
TOPOGRAFI KEPALA
Titik atau garis bidang
pada kepala yang digunakan sebagai pedoman pada pemeriksaan skull, yaitu
(Ballinger, 1995) :
a. Acanthion
adalah titik pertengahan antara tulang hidung.
b. Acanthio
Meatal Line (AML) adalah garis yang menghubungkan antara titik achantion dengan
MAE.
c. Glabella
adalah titik pertemuan antara arcus superciliaris kanan kiri dengan frontal.
d. Glabello
Meatal Line (GML) adalah garis yang menghubungkan antara glabella dengan MAE.
e. Infra
Orbital Margin (IOM) adalah sisi bagian bawah rongga mata.
f. Inner
Canthus adalah sudut mata bagian dalam.
g. Inter
Pupillary Line (IPL) adalah garis yang menghubungkan antara pupil mata kanan
kiri tegak lurus dengan kepala.
h. Meatus
Acousticus Externus (MAE) adalah lubang telinga luar.
i.
Mental Point adalah titik tengah kedua
mandibula.
j.
Mento Meatal Line (MML) adalah garis
garis yang menghubungkan mental point dengan MAE.
k. Orbito
Meatal Line (OML) adalah garis yang menghubungkan sudut mata sebelah luar
dengan lubang telinga bagian luar.
l.
Outher Canthus adalah sudut mata sebelah
luar.
ANATOMI MANDIBULA
Sebelum penulis menerangkan anatomi dan fisiologi
mandibula, terlebih dahulu akan diterangkan anatomi dan fisiologi dari tulang
kepala secara umum karena tulang mandibula merupakan rangkaian dari tulang
pembentuk tulang kepala.
1. Tulang kepala
Kranium mempunyai dua bagian besar, yaitu kalvaria atau tempurung otak (neurokranium) dan rangka muka (splankokranium). Kalvaria (neurokranium) merupakan bagian atas,
yang menjadi tampat kedudukan otak serta melindungi otak dan selaput - selaput otak
(Bajpai, 1990). Kalvaria terdiri dari delapan tulang, yaitu (Pearce, 2002) :
a. 1 tulang oksipital (tulang kepala
belakang)
b. 2 tulang parietal (tulang
ubun-ubun)
c. 1 tulang frontal (tulang dahi)
d. 1 tulang etmoid (tulang tapis)
Rangka
muka (splankokranium) terdiri dari
dua buah yang merupakan bagian – bagian yang letaknya lebih di sebelah bawah
dan anterior termasuk mandibula (Bajpai, 1990). Rangka muka (splankokranium)
terdiri dari empat belas tulang, yaitu (Pearce, 2002) :
a. 2 tulang hidung
b. 2 tulang palatum
c. 2 tulang lakrimalis (tulang air
mata)
d. 2 tulang zigomatikus (tulang
lengkung pipi)
e. 1 vomer (tulang pisau luku)
f. 2 tulang turbinatum inferior
(tulang kerang hidung bawah)
g. 2 maksila
h. 1 mandibula
2. Tulang mandibula
Mandibula
adalah tulang rahang bawah dan merupakan tulang muka yang paling besar dan
kuat. Mandibula merupakan satu – satunya tulang pada tengkorak yang
dapat bergerak. Mandibula dapat
ditekan dan diangkat pada waktu membuka dan menutup mulut. Dapat ditonjolkan,
ditarik ke belakang dan sedikit digoyangkan dari kiri ke kanan dan sebaliknya
sebagaimana terjadi pada waktu mengunyah (Pearce, 2002). Pada perkembangannya tulang ini terdiri dari
dua belahan tulang yang bersendi di sebelah anterior pada simpisis mental,
persatuan kedua belahan tulang ini terjadi pada umur dua tahun membentuk sebuah
korpus yang letaknya horisontal dan berbentuk seperti tapal kuda, menjorok ke
muka serta mempunyai dua buah cabang yang menjorok ke atas dari ujung posterior
korpus (Bajpai, 1991).
Bagian –
bagian mandibula, yaitu (Bajpai, 1991) :
a. Korpus
Korpus juga mempunyai dua
permukaan, yaitu :
1) Permukaan eksternus
Permukaan eksternus kasar dan cembung. Pada
bagian ini terdapat suatu linea oblikum yang meluas dari ujung
bawah pinggir anterior ramus menuju ke bawah dan ke muka serta berakhir pada
tuberkumum mentale di dekat garis tengah. Dan terdapat juga foramen montale
yang terletak di atas linea oblikum
dan simpisis menti yang merupakan rigi di garis tengah yang tidak nyata di
bagian atas pada tengah pada tempat persatuan dari kedua belahan foetalis dari
korpus mandibula.
2) Permukaan internus
Permukaan
internus agak cekung. Pada permukaan ini terletak sebuah linea milohyodea, yang meluas oblik dari di bawah gigi molar ke
tiga menuju ke bawah dan ke muka mencapai garis tengah, linea milohyodea ini menjadi origo dari muskulus milohyodeus. Linea milohyoidea membagi fossa
sublingualis dari fossa submandibularis.
Korpus
mempunyai dua buah pinggir, yaitu :
1) Pinggir atas (alveolaris)
Merupakan lekuk
dari gigi geligi tetap. Terdapat delapan lekuk dari masing – masing belahan
mandibula ( dua untuk gigi seri, satu untuk gigi taring, dua untuk gigi
premolar dan tiga untuk gigi molar). Pada orang tua setelah gigi – gigi tanggal
lekuk – lekuk ini tidak tampak karena atropi tulang yang mengakibatkan berkurangnya
lebar corpus mandibula.
2) Pinggir bawah (basis)
Pinggir ini
tebal dan melengkung yang melanjutkan diri ke posterior dengan pinggir bawah
ramus. Sambungan kedua pinggir bawah ini terletak pada batas gigi molar ke
tiga, di tempat ini basis disilang oleh arteri fasialis. Fossa digastrika yang
merupakan lekukan oval terletak pada masing – masing sisi dari garis tengah.
Merupakan origo dari venter anterior muskulus digastrikus. Sepanjang seluruh
basis dilekatkan lapis dari fasia kolli dan tepat di atasnya (superfasialis)
dilekatkan platisma.
b. Ramus
Ramus
terdiri dari dua permukaan, yaitu :
1) Permukaan eksternus (lateralis)
Permukaan
ini kasar dan datar. Bagian posterior atas licin yang berhubungan dengan
glandula parotis. Sisa dari permukaan merupakan insersio dari muskulus
masseter.
2) Permukaan internus (medialis)
Pada
permukaan ini terletak foramen mandibulare yang merupakan awal dari kanalis
mandibularis serta dilalui oleh nervus dentalis dan pembuluh – pembuluh
darahnya.
Pinggir
– pinggir pada ramus, yaitu :
1) Pinggir superior, merupakan
insisura – insisura tajam dan cekung mandibularis di antara prosesus – prosesus
koronoideus dan prosesus kondiloideus.
2) Pinggir anterior, melanjutkan diri
ke bawah dengan garis oblik.
3) Pinggir posterior, tebal dan alur
– alur merupakan permukaan medialis dari glandula parotis.
4) Pinggir inferior, melanjutkan diri dengan
pinggir inferior korpus dan bersama – sama membentuk basis mandibula
Friday, June 27, 2014
Pneumothorax
a.
Definisi
Kolaps paru-paru / pneumothoraks
(Pneumothorax) adalah penimbunan udara atau gas di dalam rongga pleura yang menyebabkan paru untuk
mengempis. Rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara selaput yang
melapisi paru-paru dan rongga dada.
b. Penyebab
Terdapat beberapa jenis pneumotoraks
yang dikelompokkan berdasarkan penyebabnya
:
1. Pneumotoraks spontan
Terjadi tanpa penyebab yang jelas.
Pneumotoraks spontan primer terjadi jika pada penderita tidak ditemukan
penyakit paru-paru. Pneumotoraks ini diduga disebabkan oleh pecahnya kantung
kecil berisi udara di dalam paru-paru yang disebut bleb atau bulla. Penyakit
ini paling sering menyerang pria berpostur tinggi-kurus, usia 20-40 tahun.
Faktor predisposisinya adalah merokok sigaret dan riwayat keluarga dengan
penyakit yang sama. Pneumotoraks spontan sekunder merupakan komplikasi dari
penyakit paru-paru (misalnya penyakit paru obstruktif menahun, asma, fibrosis
kistik, tuberkulosis, batuk rejan).
2. Pneumotoraks traumatik
Terjadi akibat cedera traumatik pada
dada. Traumanya bisa bersifat menembus (luka tusuk, peluru) atau tumpul
(benturan pada kecelakaan kendaraan bermotor). Pneumotoraks juga bisa merupakan
komplikasi dari tindakan medis tertentu (misalnya torakosentesis).
3. Pneumotoraks karena tekanan
Mekanisme
terjadinya tension pneumothorax sama dengan kejadian pneumotoraks umumnya.
Namun pada tension pneumothorax, udara secara terus-menerus mengalir dari
parenkim paru yang cedera meningkatkan tekanan di dalam rongga hemitoraks yang
terkena.
Pasien mengalami distress pernapasan. Suara napas menghilang, dan hemitorak
yang terkena hipersonor pada perkusi. Trakea mengalami deviasi ke sisi yang
berlawanan dengan injury. Organ mediastinum bergeser kea rah berlawanan dengan
sisi yang sakit. Ini mengakibatkan penurunan Venous Return ke jantung. Pasien
menunjukkan tanda-tanda ketidakstabilan hemodinamik, seperti: hipotensi, yang
dengan cepat dapat berkembang kepada kolaps kardiovaskuler secara keseluruhan.
Patofisiologi pneumothoraks
Alveol disangga oleh kapiler yang mempunyai dinding lemah dan mudah robek,
apabila alveoli tersebut melebar dan tekanan didalam alveoli meningkat maka
udara masuk dengan mudah menuju kejaringan peribronkovarkuler gerakan nafas yang
kuat, Infeksi dan obstruksi endrobronkial merupakan beberapa factor presipitasi
yang memudahkan terjadinya robekan selanjutnya udara yang terbebas dari alveoli
dapat mengoyak jaringan fibrotik peri bronco vascular gerakan nafas yang kuat,
infeksi dan obstruksi endobronkial merupakan beberapa factor presipitasi yang
memudahkan terjadinya robekan selanjutnya udara yang terbebas dari alveoli
dapat mengoyak jaringan fibrotik peri bronco vascular robekan pleura kearah
yang berlawanan dengan tilus akan menimbulan pneumothoraks sedangkan robekan
yang mengarah ke tilus dapat menimbulakan pneumomediastinum dari medrastinum
udara mencari jalan menuju atas, ke arah leher. Diantara organ – organ di
mediastinum terdapat jaringan ikat yang longgar sehingga mudah di tembus oleh
udara. Dari leher udara menyebar merata di bawah kulit leher dan dada yang
akhirnya menimbulkan emfisema sub kutis. Emfisema sub kutis dapat meluas kearah
perut hingga mencapai skretum.
Indikasi Pemeriksaan Gigi
Impacted
Impacted atau impaksi merupakan gangguan yang terjadi pada gigi
dimana gigi yang baru tumbuh mendesak gigi di depannya yang sudah
lebih dahulu tumbuh. Impaksi biasanya terjadi pada molar 3 yang
mendesak molar 2. Ini biasanya terjadi karena pasien memiliki
mandibula yang pendek sehingga molar 3 tidak mendapat cukup
tempat untuk tumbuh.
Caries
Dentis
Caries
dentis dalam bahasa
umumnya adalah gigi berlubang. Caries ini biasa terjadi akibat pengeroposan pada
gigi yang penyebabnya banyak hal, bisa karena sisa makanan yang tertinggal,
bakteri, dll.
Cystisis
Cystisis adalah sebuah kelainan dimana bagian mandibula
yang menjadi tempat untuk radix (akar) gigi mengalami kekosongan.
Susunan
Gigi Yang Tidak Rata
Susunan gigi seharusnya tumbuh secara rata. Tetapi banyak juga orang
yang memiliki susunan gigi yang tidak rata. Ini kebanyakan merupakan bawaan
sejak lahir, tetapi ada juga yang diakibatkan karena kebiasaan makan saat kecil
atau juga karena kecelakaan
Sunday, March 16, 2014
Kontrol kualitas ( QA ) CT - Scan
Kontrol kualitas dapat
diartikan sebagai program berkala untuk menguji kinerja pesawat CT Scan dan
membandingkan dengan standar yang ada. Kontrol kualitas merupakan bagian
dari program jaminan mutu yang berhubungan dengan teknik yang digunakan dalam
monitoring dan pemeliharaan dari unsur-unsur teknis dari
sistem. Menguji kinerja sistem adalah hal penting untuk memelihara
mutu gambaran yang optimal dan memperkecil produksi artefak-artefak gambaran.
Kontrol kualitas mempengaruhi mutu gambaran. Oleh karena itu kontrol
kualitas adalah bagian dari program jaminan mutu yang berhubungan
dengan instrumentasi dan peralatan.
Tujuan dari program
pengendalian mutu adalah untuk memastikan bahwa peralatan imaging menghasilkan
mutu gambaran terbaik dengan dosis penyinaran yang diterima pasien seminimal
mungkin. Mutu gambaran pada CT Scan sulit untuk dipelihara oleh karena sifat
yang kompleks dari gambaran dan tampilan. Suatu sistem CT Scan sekarang ini
terdiri atas komputer elektronik yang menghasilkan dan memproses data dalam
jumlah yang sangat besar. Sistem program jaminan mutu penting untuk
memastikan kinerja sistem optimal dan mutu gambaran dengan jumlah dosis
radiasi yang mengenai pasien seminimal mungkin (Papp, 2002).
Jaminan mutu dirancang untuk menyediakan
parameter-parameter kinerja tertentu untuk menentukan apakah spesifikasi suatu
unit yang diinstal menyimpang dari spesifikasi awal dari pabrik setelah
pemakaian. Suatu program jaminan mutu CT Scan diselenggarakan oleh tenaga yang
berkualitas dari Fisikawan Medis dan Radiografer (Papp, 2002).
1. Pengujian Kontrol
Kualitas CT Scan
a. Pengujian
Penerimaan (Acceptance Testing)
Pengujian ini dilakukan setelah pemasangan alat CT
Scan, dan mempunyai tujuan untuk memastikan bahwa peralatan yang dipasang sudah
sesuai dengan spesifikasi pabrikan sebelum alat itu dipakai untuk pemeriksaan
pasien.
Pengujian penerimaan ini terdiri dari pengukuran
dosis radiasi dan kinerja elektro mekanik, kualitas gambar dan mengevaluasi
sistem komponen. Hasilnya akan digunakan untuk mengidentifikasi sistem komponen
yang memerlukan sedikit penyesuaian sedangkan bagian yang cacat harus diganti.
Pada akhir pengujian penerimaan, scan diambil pada obyek standar sehingga
diperoleh CT number dan simpangan baku yang direkam sebagai patokan
untuk pengukuran kinerja sistem yang akan datang.
b. Pengujian
Rutin.
Pengujian ini dilakukan setelah pemakaian selama periode
tertentu. Untuk lebih konsisten di dalam pengukuran cara
kerja dari alat CT Scan yang bersifat mapan, maka
penjual alat CT Scan harus menyediakan alat phantom untuk melaksanakan uji
kontrol kualitas dengan beberapa parameter, variasi-variasi yang dapat
diijinkan untuk parameter yang ditentukan, suatu metode untuk
menyimpan dan merekam data jaminan mutu , dan informasi dosis dalam wujud suatu
indeks dosis CT.
c. Tes
Koreksi Kesalahan ( Error Correction Test)
Pengujian ini dilakukan untuk mengevaluasi
peralatan yang mengalami mal fungsi atau alat tidak bekerja sesuai dengan
spesifikasinya (Papp, 2002).
2. Parameter
Fisik Pengukuran Kontrol Kualitas CT Scan
Parameter
fisik pengukuran kontrol kualitas alat CT Scan terdiri dari :
a. Equipment
Function Check and Warm Up.
Merupakan
kegiatan untuk mengetahui kinerja dan kemampuan alat dalam hal fungsi komponen,
keluaran dan keselamatan.
Aspek
yang harus dipenuhi dalam operasional alat CT scan, meliputi:
1) Alat
dalam keadaan siap pakai, berfungsi dengan baik dan aman digunakan.
2) Aksesori
alat lengkap dan baik.
3) Ruang
pengoperasian memenuhi syarat.
4) Prasarana
listrik, air harus memadai.
5) Sumber
daya manusia siap.
6) Bahan
operasional tersedia.
7) Prosedur
tetap pelayanan tersedia dan dipahami.
8) Prosedur
tetap pengoperasian tersedia dan dipahami.
Pemeriksaan
fisik secara visual, meliputi :
1) Catu
daya.
2) Body (badan)
alat dan permukaan alat.
3) Aksesori
peralatan.
4) Lampu-lampu
indikator.
5) Perencanaan
ruang pemeriksaan.
6) Pengkondisian
udara.
b. Uji Phantom
Uji phantom (phantom merupakan standarisasi bentuk
manusia atau uji obyek sebagai bentuk yang khusus, ukuran dan strukturnya)
digunakan untuk kalibrasi alat dan mengevaluasi data kinerja/ performance alat
CT Scan.
Data kinerja/ Performance CT Scan dapat
dicek melalui penerimaan uji kualitas setelah pemasangan dan perbaikan hal yang
terpenting, dan menggunakan uji kontrol kualitas periodik semenjak dilakukan
standar operasional.
Uji phantom mencakup beberapa parameter
yang dapat diuji, seperti nilai rata-rata CT number, linearitas,
uniformity (keseragaman), noise, spasial resolusi (resolusi
ruang), slice thickness (ketebalan irisan), dosis radiasi
dan posisi meja.
1) Uji CT
Number in Water
Akurasi nilai CT number in water dapat
dibuktikan kebenarannya melalui pemanfaatan uji obyek scanning
(phantom) dengan parameter standar yang biasa dipakai. Nilai CT
number in water dipengaruhi oleh voltase tabung
sinar-X, filtrasi sinar-X dan ketebalan obyek.
Nilai CT number in water dapat
diartikan sama hingga 0 HU dan artinya CT number diukur
melebihi Central Region of Interest (ROI) yang seharusnya nilainya
berkisar antara ± 4 HU (Jaengsri, 2004).
Menurut American College of Radiology
Acceptance Criteria, Nilai rata-rata CT number untuk Polyethylene antara -107
HU dan -87 HU, untuk air antara -7 HU dan +7 HU, Nilai rata-rata CT number untuk
akrilik antara +110 HU dan +130 HU ( Papp,2002).
2) Uji
Linearitas
Linearitas membahas hubungan linier antara
perhitungan CT number dan koefisien attenuasi linier setiap
elemen dari obyek. Hal ini sangat penting untuk mengevaluasi kebenaran gambaran
CT Scan, secara khusus untuk kebenaran dari kualitas CT. Nilai Penyimpangan
dari linearitas tidak boleh melebihi rentang ±5 HU dari nilai yang
seharusnya, yaitu pada rentang spesifik jaringan atau tulang (Jaengsri, 2004).
3) Uji Uniformity (keseragaman)
Uniformity (keseragaman) berkaitan dengan
persyaratan untuk nilai masing-masing pixel pada homogenitas gambar obyek
menjadi sama dalam batas yang sempit dari berbagai obyek seperti diameter
silinder 16,5 cm. Perbedaan rata-rata CT number antara
tepi dan daerah pusat dari hegemonitas obyek harus kurang
dari atau sama dengan 8 HU. Apabila perbedaannya lebih besar dapat
disebabkan karena gejala fisik dari pancaran yang kuat/ beam hardening (Jaengsri,
2004).
Menurut Seeram (2001) frekuensi pengujian terhadap uniformity atau flatness
CT number dilakukan frekuensi tahunan.
Batas yang diterima : Apabila CT number berbeda
lebih dari 5 dari rata-rata, maka bayangan tidak datar. Apabila CT
number ditengah tinggi dan rendah dipinggir diatas data
gambaran akan berbentuk cupping.
Menurut American College of Radiology
Acceptance Criteria perbedaan antara rata-rata CT number tengah dan
di tepi kurang dari 5 HU untuk keempat posisi tepi. Nilai CT
number di tengah antara -7 HU dan +7 HU dengan ±5 HU
dipilih (Papp,2002).
4) Uji Noise
Noise adalah fluktuasi CT number diantara
titik (picture element) pada materi yang seragam, misalkan air. Noise dapat
dideskripsikan dengan standard deviasi (s) dari nilai-nilai pixel yang
terdapat dalam matriks dari sebuah gambaran CT Scan. Pengukuran noise dilakukan
dengan frekuensi harian (Seeram, 2001)
5) Uji
Spasial Resolusi (resolusi ruang)
Spasial resolusi (resolusi ruang) pada kontras yang
tinggi dan rendah bersifat saling tergantung dan mengupas kepada mutu gambaran
dan gambaran baik dari struktur-struktur diagnostik yang penting.
Resolusi ruang pada kontras yang tinggi
(resolusi kontras tinggi) menentukan ukuran minimal dari
detail yang ditunjukkan pada pesawat dari irisan dengan suatu kontras kurang
dari atau sama dengan 10%. Itu dipengaruhi oleh rekonstruksi algoritma, lebar
detektor, ketebalan irisan, obyek itu kepada jarak detektor, ukuran focal
spot tabung sinar-X focal, dan ukuran matrik. Resolusi ruang
pada kontras yang rendah (resolusi kontras rendah) menentukan ukuran dari
detail yang dapat dengan nyata direproduksi ketika hanya ada suatu
perbedaan yang kecil pada kepadatan sehubungan dengan melingkupi bidang.
Resolusi kontras rendah sangat dibatasi oleh noise. Ambang pintu
persepsi hubungan dengan kontras dan ukuran detil dapat ditentukan,
sebagai contoh, atas pertolongan suatu kurva contras-detail. Dalam
penentuan yang demikian, dipengaruhi oleh rekonstruksi algorithma
dan parameter scanning yang lain harus dikenal. Dosis dan gambaran noise yang
sesuai sangat mempengaruhi resolusi kontras rendah.
6) Uji Slice
thickness (ketebalan irisan)
Slice thickness (ketebalan irisan) menentukan pusat
dari daerah yang terlihat sebagai jarak antara dua titik pada profil kepekaan
sepanjang poros dari perputaran selama reaksi jatuh sampai 50%. Penyimpangan
tertentu pada ketebalan irisan tidak boleh melebihi batas karena berpengaruh
pada detail gambar, sebagai contoh, dengan nominal slice thickness lebih
dari atau sama dengan 8 m, deviasi maksimal + 10% dapat
diterima, deviasi yang dapat di toleransi untuk slice thickness yang
lebih kecil dari 2 mm sampai dengan -8 mm dan < 2 mm adalah + 25%
dan + 50% secara berturut-turut.
Penggunaan dari setelah kolimasi pasien yang melekat
pada beberapa peralatan CT untuk mengurangi profil sensitifitas irisan,
berperan penting pada peningkatan yang signifikan dosis pasien untuk
serangkaian irisan yang berdampingan.
c. Uji High Contrast Resolution
Frekuensi
: Bulanan.
Alat
: Phantom dengan high contrast resolution pattern (perbedaan
kontras 10% atau lebih besar).
Pengukuran
: Menentukan barisan lubang terkecil, dimana semua lubang dapat terlihat dengan
jelas. Semakin kecil lubang terlihat maka semakin baik.
Hasil
yang diharapkan : Kebanyakan CT Scan modern memiliki resolusi < 1 mm, teknik highest
resolution bernilai 0,25 mm.
Penyebab
kegagalan:
1) Perluasan
ukuran focal spot.
2) Getaran gantry yang
berlebihan.
3) Kegagalan
detektor.
d. Uji KVp Waveform
Frekuensi
: Tahunan.
Alat
: KVp meter dan storage osiloscope.
Hasil
yang diharapkan: Nilai KVp terukur seharusnya sama dengan yang diset. Bentuk
gelombang tidak berubah sehingga tidak mengubah nilai KV selama durasi
scanning.
Batas yang
dapat diterima : Selisih KV (tegangan tabung) terukur
maksimal 2 KV.
Penyebab
kegagalan : Miskalibrasi generator sinar-X.
e. Uji Radiation
Scatter and Leakage
Frekuensi :
Tahunan.
Alat:
Phantom water head size, survey meter ( Geiger Muller ) / ion chamber
Batas yang
dapat diterima: Tidak ada
Penyebab
kegagalan: Ada masalah dengan sistem kolimasi dan shielding tabung
sinar-X.
f. Uji Accuracy
of Distance Measuring Device
Frekuensi
:Tahunan
Alat
: Phantom yang berlubang berpola “ + “ dengan jarak lubang yang presisi.
Hasil
yang diharapkan : Jarak yang sama antara lubang phantom dengan jarak pada video
monitor.
Batas
yang diterima ≤ 1 mm. Apabila > 2 mm harus dikoreksi.
Penyebab
kegagalan : Miskalibrasi rekontruksi algorithma.
g. Test
Distortion of Video Monitor
Frekuensi
: Tahunan
Alat
: Phantom yang berlubang berpola “ + “ dengan jarak lubang yang presisi.
Hasil
yang diharapkan :
Jarak pada
lubang pada semua arah sama/ paralel antara lubang phantom dan gambaran lubang
pada video monitor.
Batas
yang diterima : ≤1% diameter phantom pada jarak antara lubang di posisi
manapun.
Penyebab
kegagalan : Tegangan pada monitor.
h. Uji Distortion
of Film Image or orther Hard Copy Output
Frekuensi
: Bulanan.
Alat
: Phantom yang berlubang berpola “ + “ dengan jarak lubang yang presisi.
Hasil
yang diharapkan : Jarak diantara spasi lubang yang sama di phantom tampak
berjarak sama pada film.
Batas
yang diterima : Beda maksimum diantara empat nilai terukur harus
lebih kecil dari 1% diameter phantom.
Penyebab
kegagalan : Misalignment / maladjustment optical kamera film.
i. Uji Bed
Indexing
Frekuensi
: Tahunan.
Alat
Uji : Film radiografi ukuran 24 X 30 cm.
Hasil
yang diharapkan : Jarak dari pertengahan baris yang berdekatan 10
mm.
Batas
yang diterima : Dari 10 scanning dengan 9 inter scan spasing
menghasilkan lebar bayangan 90 mm. Apabila > 10% maka
gerak meja tidak akurat.
Penyebab
kegagalan: Mekanisme pergerakan meja buruk/ miskalibrasi indikator posisi meja.
j. Uji Bed
Backlash
Akurasi
posisi meja pasien dapat dievaluasi dengan pergerakan meja yang
telah diberi beban. Kemudian dikembalikan ke posisi awal. Toleransi
penyimpangan maksimal ± 2 mm (Jaengsri, 2004; Seeram,
2001).
Frekuensi
: Tahunan.
Alat
: Penggaris, Pensil, 2 lembar isolasi.
Hasil
yang diharapkan :
Kedua
tanda pensil bertemu seperti pada saat meja belum digerakkan.
Batas
yang diterima :
Apabila jarak
tanda kedua pensil > 1 mm maka tidak akurat.
Penyebab
kegagalan : kerusakan mekanik pada geer, sensor meja.
Parameter CT - Scan
Gambar
pada CT Scan dapat terjadi sebagai hasil dari berkas sinar-X yang mengalami
perlemahan setelah menembus obyek, ditangkap detektor dan dilakukan pengolahan
dalam komputer. Penampilan gambar yang
baik tergantung kualitas gambar yang dihasilkan sehingga aspek klinis dari
gambar tersebut dapat dimanfaatkan untuk menegakkan diagnosa.
Pada CT
Scan dikenal beberapa parameter untuk pengontrolan eksposi dan output gambar
yang optimal (Bushberg,2003). Adapun parameter tersebut adalah :
a.
Slice thickness
Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari obyek yang
diperiksa. Nilainya dapat dipilih antara 1 mm – 10 mm sesuai dengan keperluan
klinis. Slice thickness yang tebal
akan menghasilkan gambaran dengan detail yang rendah sebaliknya dengan slice thickness yang tipis akan
menghasilkan gambaran dengan detail
yang tinggi. Slice thickness yang
tebal akan menimbulkan gambaran yang mengganggu seperti garis-garis dan apabila
slice thickness terlalu tipis akan menghasilkan noise yang tinggi.
b.
Scan Range
Scan range adalah perpaduan atau kombinasi dari beberapa slice thickness, yang
bermanfaat untuk mendapatkan ketebalan potongan yang berbeda pada satu lapangan
pemeriksaan.
c.
Faktor
Eksposi
Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap eksposi,
meliputi tegangan tabung (KV), arus tabung (mA) dan waktu (s). Besarnya
tegangan tabung dapat dipilih secara otomatis pada setiap pemeriksaan
(Jaengsri, 2004).
Tegangan tabung (KV) yaitu beda potensial antara tabung katoda dan
anoda. Semakin tinggi awan elektron yang
dihasilkan maka akan semakin kuat
menembus anoda sehingga daya tembus yang dihasilkan akan semakin besar.
Arus tabung (mA) yaitu kuat lemahnya arus yang dihasilkan sinar-X, apabila arus tabung besar maka elektron
yang dihasilkan akan semakin besar.
Waktu (s) yaitu lamanya waktu eksposi, sangat berpengaruh terhadap jumlah
elektron. mAs berpengaruh terhadap jumlah elektron dan
kuantitas sinar-X.
d.
Field
of View (FOV)
Field of View (FOV) adalah diameter maksimal dari gambar yang akan
direkonstruksi. Besarnya bervariasi dan
biasanya berada pada rentang 12 cm
sampai dengan 50 cm. Field of View (FOV) kecil akan
meningkatkan detail gambar (resolusi) karena field of view (FOV) yang kecil mampu mereduksi ukuran pixel,
sehingga dalam rekonstruksi matriks hasilnya lebih teliti.
Field of View (FOV) kecil, antara 100 mm sampai dengan 200 mm akan meningkatkan resolusi sehingga detail
gambar dan batas objek akan tampak jelas. Field
of View (FOV) kecil akan menyebabkan noise meningkat (Nesseth, 2000).
Field
of View (FOV) sedang, yaitu 200 mm diharapkan gambar yang
dihasilkan memiliki spasial resolusi yang baik, noise serta artefak sedikit (Genant, 1982).
Field of View (FOV) besar,
antara 350 mm sampai dengan 400 mm
akan menghasilkan spasial resolusi
yang rendah karena pixel menjadi besar akibat dilakukannya magnifikasi. Field
of View (FOV) besar akan menyebabkan noise
berkurang dan kontras resolusi meningkat serta dapat dihindari munculnya streak
artifact (Genant, 1982).
e.
Gantry Tilt
Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal dengan gantry (tabung sinar-X dengan detektor).
Rentang gantry tilt antara -300
sampai +300. Gantry tilt
bertujuan untuk keperluan diagnosa dari masing-masing kasus yang dihadapi.
f.
Pitch
Pitch adalah
jangka waktu yang berhubungan dengan suatu kecepatan dan jarak. Pada CT Scan
helical, pitch didefinisikan sebagai
jarak (mm) pergerakan meja CT Scan selama satu putaran tabung sinar-X. Pitch
digunakan untuk menghitung pitch ratio,
yang mana merupakan suatu rasio pada pitch
untuk slice thickness/beam collimation.
Saat jarak pergerakan meja selama satu putaran penuh, tabung sinar-X sama
dengan slice thickness/ beam collimation,
pitch ratio (pitch) yaitu 1:1 atau sederhananya 1. Suatu pitch dengan nilai 1 menghasilkan
kualitas gambar terbaik dalam CT Scan helical. Pitch
ditingkatkan untuk meningkatkan volume coverage
dan kecepatan proses scanning. Nilai pitch berada dalam range 0 sampai dengan 10, sedangkan pitch faktor antara 1 dan 2.
g.
Rekonstruksi Matriks
Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom dari picture element (pixel) dalam proses
perekonstruksian gambar. Rekonstruksi matriks ini merupakan salah satu struktur
elemen dalam memori komputer yang berfungsi untuk merekonstruksi gambar. Pada umumnya matriks yang digunakan berukuran
512x512 yaitu 512 baris dan 512 kolom.
Pada pemeriksaan CT Scan ukuran matriks disesuaikan dengan alat yang
tersedia. Rekonstruksi matriks berpengaruh terhadap resolusi gambar. Semakin tinggi matriks yang dipakai maka
semakin tinggi detail gambar yang dihasilkan. (Bushberg, 2003)
h.
Rekonstruksi Algorithma
Rekonstruksi algorithma adalah prosedur matematis yang digunakan dalam
merekonstruksi gambar. Penampakan dan karakteristik dari gambar CT Scan
tergantung dari kuatnya algorithma yang dipilih. Semakin tinggi rekonstruksi
algorithma yang dipilih maka semakin tinggi resolusi gambar yang dihasilkan.
Dengan adanya metode ini maka gambaran seperti tulang, soft tissue, dan jaringan-jaringan lain dapat dibedakan dengan
jelas pada layar monitor.
i.
Window Width
Window Width adalah nilai computed tomography
yang dikonversi menjadi gray scale
untuk ditampilkan ke TV monitor. Setelah komputer menyelesaikan pengolahan
gambar melalui rekonstruksi matriks dan algorithma maka hasilnya akan
dikonversi menjadi skala numerik yang dikenal dengan nama nilai computed tomography. Nilai ini mempunyai satuan HU (Hounsfield Unit).
Dasar pemberian nilai ini adalah air dengan nilai 0 HU, jaringan lunak 140 HU sampai dengan 400 HU,
untuk tulang mempunyai nilai +1000 HU kadang sampai +3000 HU. Sedangkan untuk kondisi udara nilai yang
dimiliki -1000 HU. Jaringan atau
substansi lain dengan nilai yang berbeda tergantung dari nilai perlemahannya.
Jadi penampakan tulang pada monitor menjadi putih dan udara menjadi hitam.
Jaringan dan substansi lain akan dikonversi menjadi warna abu-abu bertingkat
yang disebut gray scale. Khusus untuk darah yang semula dalam
penampakannya berwarna abu-abu dapat menjadi putih apabila diberi media kontras
(Rasad, 1992).
j.
Window Level
Window
Level adalah nilai tengah dari window yang digunakan untuk penampilan gambar. Nilainya dapat
dipilih dan tergantung pada karakteristik perlemahan dari struktur obyek yang
diperiksa. Window Level menentukan
densitas (derajat kehitaman) gambar yang dihasilkan. Untuk jaringan
lunak 30 HU sampai dengan 40 HU, sedangkan untuk tulang 200 HU sampai dengan
400 HU.
Subscribe to:
Posts (Atom)