Tuesday, December 24, 2013

MRI



1.   Resonansi
Jika pulsa RF dengan frekuensi ω sama dengan frekuensi presesi proton maka resonansi akan terjadi.  Jika proton berpresesi pada frekuensi ω dan frekuensi pulsa RF tidak sama dengan ω, selanjutnya medan magnet  B berosilasi pada frekuensi yang berbeda dengan proton dan kedua frekuensi tidak sesuai. Jika frekuensi pulsa RF tidak sesuai dengan frekuensi spin, maka sistem tidak akan beresonansi sehingga tidak akan ada energi yang dihasilkan.
Bayangkan bila hal ini terjadi pada bidang x-y. Proton spinning dengan frekuensi ω0. kemudian kita memiliki medan magnet yang berosilasi dengan frekuensi ω1 yang berbeda dengan dari frekuensi presesi proton yaitu ω0, maka sistem tidak akan beresonansi sehingga proton tidak akan ”flip” ke bidang x-y. Point klarifikasi : karakteristik pulsa RF ditentukan oleh dua parameter yaitu kekuatan (B1) dan frekuensi (ω2). Guna membuat terjadinya resonansi serta pulsa RF memberikan efek terhadap proton secara keselruhan maka frekuensi dari pulsa RF harus sesuai dengan frekuensi presesi proton. Jika frekuensi ω2 benar , maka kekuatan RF pulsa (B1) menghasilkan presesi proton pada x axis dengan frekuensi ω1 (mengikuti persamaan Larmor ω1 = γ B1).
Jika ω0 dan ω2 sama  maka sistem akan beresonansi dan proton akan flip menuju ke bidang x-y. Pada saat bersamaan, proton berpresesi mengelilingi axist medan magnet B1 dengan frekuensi yang lebih kecil (ω1), sehubungan dengan persamaan frekuensi Larmor yang dihubungkan dengan RF medan magnet B1 dan tidak dengan medan magnet B0.
Point klarifikasi lainnya ialah ingatlah bahwa sebelum pulsa RF, proton berpresesi pada z axis tetapi mereka berada di luar fase dan tidak memiliki komponen net tranversal. Setelah pemberian pulsa RF, proton didekatkan dengan medan magnet  baru B1 (yang juga berosilasi dengan frekuensi ω0).  Dengan demikian mereka akan memjadi sejajar dengan medan magnet baru dan selanjutnya akan berada di dalam fase. Akibatnya akan terbentuk magnetisasi pada medan transversal. Semakin banyak proton yang segaris maka fase koheren akan semakin besar sebanding dengan magnetisasi pada bidang tranversal. Secara simultan, seperti yang telah didiskusikan sebelumnya, medan B1 juga menyebabkan pergerakan spiral pada proton. Kedua faktor tersebut menjelaskan proses terjadinya flipping.
Kembali pada sistem koordinat 3 dimensi, vektor M0 (net magnetisasi pada saat proton segaris dengan medan magnet luar) mulai berpresisi pada x axis di bidang z-y. Berdasarkan kekuatan dari pulsa RF B1 dan durasinya τ1 kita dapat menentukan flip angle (sudut fractional dari presisi tunggal). Persamaan flip angle dapat dibuat seperti di bawah ini :
ө       =  γ B1 τ
Berdasarkan persamaan di atas , kita dapat menyimpulkan bahwa flip angle proportional dengan :
1.      τ = durasi dari pulsa RF
2.      B1 = kekuatan dari Medan magnetik RF ; kekuatan dari pulsa RF
3.      γ = ratio gyromagnetic
Kita dapat memiliki pulsa RF yang sangat kuat yang diberikan pada periode waktu yang pendek, atau kita dapat memilki pulsa RF yang buruk yang diberikan pada waktu yang lebih panjang maka keduanya akan tetap menghasilkan flip angle yang sama.  

2.   Referensi Rotating Frame
            Untuk menyederhanakan konsep ”flipping” bayangkan sebuah frame referensi baru yang berotasi pada frekuensi Larmor ω0 (jika anda ingin mempelajari pergerakan dari seseorang pengendara korsel , tidaklah lebih mudah saat mengendarai korsel dibandingkan dengan bila hanya memerhatikannya dari luar).
            Berdasarkan hal tersebut, seseorang yang tidak berada dalam sistem koordinat tersebut tetapi hanya melihat dari luar saja. Terhadap orang ini, proton akan berpresisi secara simultan pada z axis dari medan magnet B0 dengan frekuensi ω0, dan pada x axis dari medan magnet B1 dengan frekuensi ω1.  Observer yang berada di luar tersebut akan menyaksikan  presisi rapid sepanjang z axis yang akan secara perlahan bergerak spiral down menuju bidang x-y. Pergerakan tersebut merupakan hasil dari dua macam pergerakan presisi yang terjadi secara simultan.
            Namun jika observer berada dalam sistem koordinat yang berotasi, dan bergerak dengan frekuensi yang sama dengan salah satu sistem yang berosilasi (B1 atau B0), maka ia hanya akan melihat pergerakan dari sistem kedua. Sebagai contoh, jika ia berotasi pada frekuensi osilasi dari spin di dalam medan magnet eksternal ω0 maka ia akan melihat presisi yang lambat dari proton yang berada pada z axis menuju bidang x-y sebagai pergerakan yang sederhana. Hal tersebut hanya akan terjadi jika ω0 = ω2, atau ketika frekuensi pulsa RF ω2 sama dengan frekuensi presisi proton ω0. Kondisi ini akan menyebabkan sistem beronansi.
            Bila kita kembali ke masa dimana pergerakan proton spiral terlihat dari titik observasi di luar, lingkaran berurutan  yang mengelilingi z axis merepresentasikan frekuensi osilasi ω0 dari spin yang merespon bidang magnet eksternal B0 dan penurunan yang lambat dari spiral ke bidang x-y merepresentasikan frekuensi osilasi spin dalam merespon bidang magnet pada pulsa RF B1. jika observer ikutr serta berosilasi dengan sistem pada frekuensi ω0, maka ia akan melihat penurunan yang lambat dari presisi proton dalam merespon pulsa RF. Karena medan magnet ditimbulkan oleh pulsa RF (B1), frekuensi presisi pada bidang z-y akan lebih lambat daripada presisi yang terjadi pada z axis.

3.   Pulsa RF 900
Dalam merespon medan magnetik yang kuat dalam z axis, spin akan menjadi segaris. Hal ini menghasilkan net magnetisasi, M0. Selanjutnya, kita akan memberikan pulsa RF external yang menimbulkan flip pada magnetisasi vektor sebesar 900 menuju bidang x-y. Ketika magnetsasi vektor berada di bidang x-y, kita menyebutnya sebagai Mxy.
Mxy = komponen M0 pada bidang x-y   
            Jika vertor vektor slip ke bidang x-y, maka magnitude Mxy sama dengan magnitude vector M0 maka hal ini dinamakan flip 900. Pulsa yang dapat menyebabkan flip 900 disebut dengan pulsa RF 900.
      Proton yang segaris dengan Medan magnet luar berada dalam dua kategori energi yaitu tingkatan lower energi (E1) yang segaris dengan (pararel) medan magnet B0 dan tingkatan energi yang lebih tinggi (E2) yang segaris dengan bidang berlawanan. Setelah pemberian pulsa RF 900, beberapa proton dari tingkatan energi yang lebih rendah akan didorong menuju tingkatan energi yang lebih tinggi. Hal ini hanya terjadi pada frekuensi Larmor
                                                ∆E = E2 – E1 = (2µ) (B0)
Dimana  µ ialah momen dipol magnetik (MDM). Dengan kata lain, untuk berubah dari satu tingkatan energi ke tingkatan energi yang lain, energi memerlukan pengaruh pada MMD proton dan kekuatan dari medan magnet B0 dengan persamaan Plack :
E = hd λ = hv = hf = h ω
Dimana v = f dengan catatan frekuensi linier (dalam lingkaran/sec (Hz)), ω berarti frekuensi angular (radian/sekon), h ialah konstanta Planck (6,62 x 10-4 joule/sekon) dan h ialah h/2π. Selanjutnya dikombinasikan dengan persamaan sebelumnya maka :
γ =  2µ / h (radian/tesla) atau  f = (2 µ/h) . B0 (Hz/ tesla)
pada persamaan setelah proton ditempatkan pada medan magnet, jumlah proton pada tingkatan energi yang lebih rendah (kutub utara) akan lebih banyak dibandingkan dengan proton yang memiliki tingkatan energi yang lebih besar (kutub selatan), maka akan terjadi vektor magnetisasi longitudinal M0.  Pada saat energi diberikan oleh pulsa RF untuk flip proton pada kutub utara menjadi proton dengan tingkatan energi yang lebih tinggi, jumlah proton pada kedua tingkatan energi dapat dihitung. Pada saat hal ini terjadi, pengukuran vektor magnetisasi longitudinal tidak lagi terjadi. Pada kenyataannya, pulsa RF menyebabkan spin mulai berpresisi dalam fase dengan satu dan lainnya. Penjumlahan vektor pada fase utara dan titik selatan, proton presisi berada pada bidang tranversal. Presisi magnetisasi tranversal ini beerada pada frekuensi Larmor.
            Frekuensi angular pada saat proton berotasi 900 pada x axis diberikan oleh persamaan Larmor sebagai berikut :
ω1 = γ B1
seperti pada tingkatan sebelumnya, fase dari besarnya derajat presisi berhubungan dengan frekuensi ω1 dan durasi τ dari pulsa RF :
ө   =   ω1 τ  =  γ B1 τ
Dari persamaan tersebut kita dapat menghitung durasi yang dibutuhkan untuk presisi proton sebesar 900 (π/2), ialah waktu yang diperlukan untuk sebuah pulsa RF guna ”flip” spin sebesar 900 menjadi bidang x-y pada setting kekuatan RF B1 dengan persamaan sebagai berikut :
τ π/2 = (π/2) / γ B1 γ
Persamaan ini menunjukkan bahwa jika kita menjaga pulsa RF pada durasi waktu τ π/2 , magnetisasi vektor akan flip sebesar 900.

4.   Pulsa 1800
            Pulsa 1800 memiliki energi dua kali lipat (atau durasi dua kali lipat) dibandingkan pulsa 900. Setelah pemberian pulsa 1800, vektor magnetisasi longitudinal dirubah dan spin mulai untuk kembali dari M0. setelah pemberian RF 1800, spin pada titik utara didorong dari tingkatan energi rendah menjadi tingkatan energi tinggi. Pulsa 1800 secara pasti merubah persamaan pada titik utara tanpa mempengaruhi fase koheren atau magnetisasi tranversal.
            Dengan demikian kita dapat menguj\kur durasi waktu RF pada pemberian pulsa RF 1800 sebagai berikut :
τ π = π / γ B1 γ
      Untuk rekapitulasi, guna menghasilkan pulsa RF 1800, kita dapat menggunakan pulsa RF lainnya yang memiliki kekuatan sama dengan pulsa RF 900 tetapi diberikan dua kali pada durasi yang sama, atau pulsa RF yang diberikan 2 kali kuatnya pada saat durasi yang sama.

5.   Partial Flip
            Pada kasus partial flip (kurang dari 900) komponen magnetisasi berakhir pada bidang x-y akan memiliki magnitude yang kurang pada vector magnetisasi original M0. Pada kenyataannya:
Mxy = M0 sin ө
            Partial flip yang diterima akan menurunkan kekuatan dan durasi pulsa RF sesuai dengan persamaan sebelumnya.

6.   Pengaruh Flip Angle Terhadap Image
            Parameter ini dipilih saat melakukan field echo sequence guna menghasilkan kontras gambar yang unik dan memuaskan. Flip angle berhubungan dengan jumlah spin pada bidang tranversal (flip angle pendek dihasilkan dari jumlah spin yang sedikit pada bidang tranversal). Pemilihan flip angle bersamaan dengan pemilihan TR, di dalam bergantung pada kekuatan medan dari system operasi. Secara umum, ketika flip angle pendek dipilih, efek T2 predominan, image akan tampak dalam T2-weighted sequence sehingga struktur yang berisi cairan akan nampak terang. Memperbesar flip angle akan meningkatkan pengaruh T1 dengan cara membiarkan relaxasi komplit pada jaringan dengan T1 pendek, sehingga memberi kontribusi terhadap terbentuknya lebih banyak signal pada repetisi sequence berikutnya.
            Waktu relaksasi pada jaringan ditentukan oleh medan magnet yang terjadi pada saat NMR. Ini dapat dirubah hanya jika medan magnetik juga diubah. Ketika sequence digunakan untuk menghasilkan flip angle khusus seperti yang dilakukan pada gradient echo imaging atau sequence membutuhkan persiapan pulsa, waktu relaxaxi akan menjadi fungsi dari sudut tersebut. Sebagai contoh bila flip angle yang dipilih ialah 450, vektor tissue akan recover ke bidang longitudinal magnetisasi (T1 growth) lebih cepat dibandingkan ketika menggunakan SE konvensional dimana pulsa sequence yang digunakan ialah 900. TR seharusnya diubah untuk mengakomodasi peningkatan waktu relaxasi tersebut. Untuk alasan tersebut, gradient echo imaging sequence dapat diilakukan pada waktu yang lebih cepat dari SE sequence. Citra yang menggunakan partial flip teknologi akan menghasilkan kontras yang mirip dengan image dengan TR sequence (T2-weighted SE sequence) dengan waktu imaging yang lebih pendek.
                                   








PET ( Positron Emission Tomography )



Pengertian PET
  • PET adalah singkatan dari Positron Emission Tomography.
  • PET juga disebut PET imaging atau PET scan adalah pemeriksaan diagnostik dengan cara visualisasi fungsi tubuh menggunakan radioisotop yang memancarkan positron
Terjadinya Pencitraaan
  • PET memanfaatkan fonomena terjadinya pelepasan positron dalam suatu peluruhan inti radioisotop tertentu.
  • Segera setelah positron dilepaskan, positron akan bergabung dengan electron dan terjadilah INHILASI.
  • Dari inhilasi ini dihasilkan 2 gelombang elektromagnetik berupa sinar gamma yang mempunyai energi sebesar 511 keV dengan arah yang berlawanan {180 derajat}.
  • Adanya 2 foton yang dilepas bersamaan ini ditangkap oleh detector. Kemudian sinyal sinyal ini direkontruksi maka terjadilah citra.


Unsur Yang Diperlukan Dalam Pemeriksaan
·        Radioisotop
            Dalam pencitraan dengan pemeriksaan ini diperlukan radioisotop yang memancarkan positron ketika dalam proses peluruhan inti
·         Radiofarmaka
            Untuk membawa radioisotop diperlukan radio farmaka yang disesuaikan dengan metabolisme yang hendak diperiksa
1. Radioisotop
Radionuklida yang digunakan dalam PET scan adalah radiosotop yang memiliki waktu paruh yang singkat, seperti:
o        carbon-11 (~20 min),
o        nitrogen-13 (~10 min),
o        oxygen-15 (~2 min),
o        fluorine-18 (~110 min).
Radionuklida tersebut memperhatikan komponen yang ada dalam tubuh seperti glukosa, air, amonia. Komponen senyawa tersebut disebut radiotracer. Ini penting karena teknologi PET dapat digunakan untuk melacak struktur biologi dari banyak komponen dalam tubuh manusia.

2. Radiofarmaka
         Radiofarmaka pada PET yang sering digunakan adalah (F-18) Fluoro-D-Glocose (FDG) yang merupakan radioaktif yang terbentuk dari glukosa, dimasukkan kedalam tubuh pasien melalui intravena. Glukosa merupakan substansi yang sangat diperlukan oleh tubuh. FDG mempunyai waktu paruh sekitar 110 menit sehingga sangat cepat keluar dari tubuh.

Pemanfaatan PET
1. Mendeteksi Sel Kanker  
  • Sel kanker lebih banyak mengkonsumsi glukosa daripada sel normal sekelilingnya.
  • Dengan  radiofarmaka FDG yang membawa radioisotop fluor–18 mengikuti metabolisme glukosa dalam tubuh
2. Evaluasi Paska  Operasi Kanker
  • PET dapat pula digunakan untuk mengevaluasi kanker setelah operasi, misalnya apakah masih ada benih kanker yang tersisa
3. Melihat Kemajuan Kemoterapi atau Radioterapi.
·         Keberhasilan tahapan kemoterapi atau radioterapi dapat diketahui dengan pemeriksaan ini

Radiasi  yang diterima pasien lebih rendah dari prosedur pemeriksaan lainnya yang menggunakan radiasi pengion, karena waktu paruhnya rendah dan dosisnya kecil antara 10 s/d 20 miliCurie.

Keterbatasan PET
  •   Hasil PET dapat keliru apabila keseimbangan kimia tubuh tidak normal.
  •   Diperlukan tes diabetes sebelum dilakukan pemeriksaan ini. Atau pasien yang baru saja makan dapat mempengaruhi nilai insulin darah sehingga hasil PET bisa keliru
Kombinasi PET, CT dan MRI
  • PET scan akan semakin informatif jika dikombinasikan dengan  CT atau MRI kombinasi ini akan menghasilkan informasi dari anatomi dan fisiologis tubuh.  Karena PET imaging sangat berguna jika  dikombinasikan dengan anatomis imaging, seperti CT, maka sekarang telah ada PET scanner dengan  high-end multi-detector-row CT scanners. Karena dua scanning dapat dilakukan secara langsung dan bersamaan, dengan tidak mengubah posisi pasien pada dua scanning, dua set gambar yang lebih informatif akan dihasilkan, sehingga bidang keabnormalan pada PET imaging dapat lebih sempurna dengan struktur anatomi pada gambar CT.  Hal ini sangat berguna untuk menunjukkan secara rinci dari struktur organ dengan jumlah variasi anatomis, seperti lebih sering terjadi di luar otak.
Kelebihan PET
  • Informasi yang dihasilkan  oleh pemeriksaan kedokteran nuklir unik dan sering tidak bisa dilakukan oleh modalitas imaging yang lain.
  • Untuk banyak penyakit/kelainan, scanning radionuklida menghasilkan lebih banyak informasi yang dibutuhkan untuk mendiagnosa atau untuk terapi.
  • Biayanya lebih murah
  • Degan mengidentifikasi perubahan sel tubuh, PET imaging dapat mendeteksi kelainan lain sebelum dideteksi oleh imaging lain seperti CT dan MRI.
Kelebihan jika dikombinasikan dengan CT
  • Detail yang dihasilkan lebih tinggi, karena keduanya dilakukan pada satu waktu tanpa merubah posisi pasien.
  • Mampu memperlihatkan struktur anatomis dan fisiologis.
  • Pasien lebih nyaman.
Kekurangan PET
  • Karena dosis radioaktif sedikit, prosedur diagnostic kedokteran nuklir menghasilkan low radiation exposure.
  •  Radionuklida telah digunakan dalam lima decade, dan belum ada yang tahu efek jangka panjang dari low-dose exposure.
  •  Dapat terjadi reaksi alergi radiofarmaka.
  •  Injeksi radiotracer dapat menyebabkan rasa sakit dan kemerah-merahan pada kulit.  
  • Pada wanita hamil akan menghambat perkembangan janin.



Computer Radiography ( CR )



Prinsip
      Menggunakan metal Imaging Plates (IP) yang dapat dipakai berulang-ulang kali untuk menggantikan film dan kaset pada konvensional radiografi
      Menggunakan bucky dan peralatan x ray konvensional lainnya

Pemahaman CR
      Computed Radiografi Adalah Proses Merubah Sistem Analog Pada Konvensional Radiografi Menjadi Digital Radiografi.
      Pada Sistem Cr Data Analog Dikonversi Ke Dalam Data Digital Pada Saat Tahap Pembangkitan Energi Yang Terperangkap Di Imaging Plate (Ip) Dgn Menggunakan Laser, Selanjutnya Data Digital Yang Berupa Sinyal Ditangkap Oleh Photo Multiplier Tube (Pmt) Untuk Diubah Menjadi Sinyal Elektrik Yang Akan Dikonversi Ke Dalam Data Digital Oleh Analog Digital Converter (Adc)

Perlengkapan operasional CR terdiri dari :
a)      Imaging Plate
b)      Image reader
c)      Image recorder
d)     Personal Computer (PC)

A. Imaging Plate
      Imaging plate merupakan media Perekam bayangan laten pada Computer Radiografi
      Imaging plate berada dalam kaset Imaging.
      Fungsinya sebagai penangkap gambar dari objek yang sudah di sinar (ekspose).
      Prosesnya : pada saat terjadinya penyinaran, Imaging plate akan menangkap energi dan disimpan oleh bahan phosphor yang akan dirubah menjadi Electronic Signal dengan laser scanner dalam image reader
      Kaset Pada Cr Terbuat Dari Carbon Fiber Dan Bagian Belakang Terbuat Dari Aluminium, Kaset Ini Berfungsi Sebagai Pelindung Imaging Plate Dan Menjaga Ip Tetap Pada Bentuknya Saat Diletakkan Dibawah Pasien
      Ip Merupakan Komponen Utama Pada Sistem Cr Yang Berfungsi Menyimpan Energi Sinar X.
      Ip Terbuat Dari Bahan Photostimulable Phosphor, Dengan Menggunakan Ip Memungkinkan Proses Gambar Pada Sistem Cr Untuk Melakukan Berbagai Modifikasi

Struktur Dari Image Plate


B. Image Reader
  • berfungsi sebagai pembaca dan mengolah gambar yang diperoleh dari Image plate.
  • Semakin besar kapasitas memorinya maka semakin cepat waktu yang diperlukan untuk proses pembacaan Image plate, dan mempunyai daya simpan yang besar.
  • Waktu tercepat yang diperlukan untuk membaca imaging plate pada image reader yaitu selama 64 detik.
  • Selain Itu Image Reader Juga Sebagai Sistem Transportasi Image Dan Penghapusan Data Yang Ada Di Image Plate 
Tahap Pembentukan Gambar Pada Imaging Plate
  1. Exposure
  2. Stimulate
  3. Read ( Pembacaan )
  4. Erasure ( Penghapusan )
1. Exposure
  • Imaging Plate merupakan lembaran yang dapat menangkap dan menyimpan bayangan laten
  • Terdiri dari lapisan phospor dan lapisan pendukung
  • IP biasanya digunakan dengan ditempatkan kedalam kaset Imaging Plate
  • Setelah kita melakukan expose dgn sinar X,maka sinar x yg menembus obyek akan mengalami attenuasi sehingga energi dari sinar X tersebut ditangkap oleh IP dalam bentuk data digital
2. Stimulate
  • Merupakan alat pengolah dari gambaran laten pada IP menjadi data digital
  • Gambaran laten pada IP dibaca dengan laser scanner
  • Setelah diubah menjadi data,maka dapat diolah dgn bantuan komputer untuk memberikan data, baik tentang pasien maupun segi teknis
  • Dengan Image reader memungkinkan mendapatkan gambaran dalam waktu yang singkat, dibuat untuk mendapatkan image yg stabil dan berkualitas,serta untuk meminimalkan radiasi yg dikeluarkan
  • Bayangan tersebut kemudian di stimulasi dengan PSP (Photo Stimulable Phospor) yg fungsinya mengubah bayangan laten pada IP menjadi cahaya tampak
3. Read
  • Dgn menggunakan photo multiplier, cahaya tambak tersebut ditangkap, digandakan serta diperkuat intensitasnya kemudian diubah menjadi sinyal elektrik
  • Sinyal sinyal ini direkonstruksi menjadi sebuah gambaran yang dapat dilihat oleh layar monitor
4. Erasure
  • Setelah proses pembacaan selesai,data gambar pada IP secara otomatis akan dihapus oleh Intense Light sehingga Imaging Plate dapat digunakan kembali
C. Image recorder
  •     Berfungsi sebagai proses akhir dari suatu pemeriksaan yaitu media pencetakan hasil gambaran yang sudah diproses dari awal penangkapan sinar-X oleh image plate kemudian di baca oleh image reader dan diolah oleh image console terus dikirim ke image recorder untuk dilakukan proses output dapat berupa media compact disc sebagai media penyimpanan atau dengan printer laser yang berupa laser imaging film.
D. Personal Computer
  • berfungsi sebagai media pengolahan data, penyimpanan data, berupa computer yang telah terinstal aplikasi editing gambar khusus medical image
  • Terdapat menu yang sangat diperlukan dalam teknik radiofotografi yaitu kita bisa mempertinggi atau mengurangi densitas, ketajaman, kontras dan detail dari suatu gambaran radiografi yang diperoleh.
Keuntungan CR
  • Hasil dapat dimanipulasi sehingga pada rentang exposure yang agak rendah maupun tinggi masih dapat masih bisa mendapatkan gambar radiograf yang baik
  • Hasil gambar yang diperoleh digital sehingga dapat diaplikasikan untuk teleradiology
  • Hasil gambar bisa disimpan permanen
  • Tidak memerlukan kamar gelap serta cairan processing
Kerugian CR
·         Biaya pemeriksaan akan menjadi relatif lebih mahal
·         Beberapa Merk Produk CR pemakaian Faktor eksposinya lebih tinggi 15-20% dari konvensional radiography sehingga dosis pun lebih besar
·         Pada unit radiology yang ramai pasien penggunaan CR mengurangi efisiensi kerja